1. Pentingnya Kebutuhan Bagi
Perilaku Manusia
Salah satu aspek psikologis yang berperan penting
dalam menggerakkan manusia untuk berbuat sesuatu adalah "motivasi".
Teori motivasi yang terkenal dibangun dan dikembangkan oleh seorang yang
bernama Abraham H. Maslow. Satu konsep fundamental yang khas dari pendirian teori
motivasi yang dikemukakan oleh Maslow adalah bahwa manusia dimotivasikan oleh
sejumlah "kebutuhan" dasar yang bersifat sama untuk seluruh spesies,
tidak berubah, dan berasal dari sumber genetis dan naluriah. Kebutuhan-kebutuhan itu sesungguhnya
merupakan inti kodrat manusia, hanya saja mereka itu lemah serta mudah diselewengkan
dan dikuasai oleh proses belajar, kebiasaan atau tradisi yang keliru. Lebih
lanjut dia mengatakan bahwa kebutuhan-kebutuhan itu dapat dengan mudah
diabaikan atau ditekan, tidak bersifat jahat melainkan netral atau justru baik.
Menurut Maslow, suatu sifat dapat
dipandang sebagai kebutuhan dasar jika memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
1.
Ketidak-hadirannya atau ketidak-adanya menimbulkan penyakit.
2.
Kehadirannya mencegah timbulnya penyakit.
3.
Pemulihannya menyembuhkan penyakit.
4. Dalam situasi-situasi tertentu
yang sangat kompleks dan orang bebas memilih, orang yang sedang berkekurangan
ternyata mengutamakan kebutuhan itu dibandingkan jenis-jenis kepuasan lainnya.
5. Kebutuhan itu
tidak aktif, lemah, dan secara fungsional tidak terdapat pada orang yang tidak sehat.
2. Teori Kebutuhan Individu
Dalam konteks ini, Maslow mengemukakan hirarki
kebutuhan dari yang paling dasar sampai yang paling tinggi, yaitu sebagai berikut:
a.
Kebutuhan Fisiologis
Ini merupakan kebutuhan yang paling dasar, paling
kuat, dan paling jelas dari sekian banyak kebutuhan manusia karena merupakan
kebutuhan untuk mempertahankan hidupnya secara fisik, yaitu kebutuhan akan
makanan, minuman, sandang, tempat tinggal, seks, tidur, dan oksigen.
b.
Kebutuhan Rasa Aman
Menurut Goble (2007), dalam penelitiannya mendapati
bahwa para psikolog dan pendidik menemukan bahwa anak-anak membutuhkan dunia
yang jelas dan dapat diramalkan. Seorang anak menyukai konsistensi dan
kerutinan sampai batas-batas tertentu. Jika kejelasan, dapat diramakan, dan
konsistensi itu tidak ditemukan dalam dunianya, maka akan menyebabkan kecemasan
dan merasa tidak aman. Kebebasan yang ada pada batasnya lebih disukai daripada
kebebasan yang tanpa batas atau serba dibiarkan sama sekali. Menurut Maslow,
kebebasan yang ada batasnya semacam itu sesungguhnya sangat diperlukan bagi
perkembangan anak ke arah penyesuaian diri yang lebih baik.
Orang dewasa yang senantiasa merasa dirinya tidak
aman akan cenderung neurotik dan bertingkah laku seperti anak yang tidak aman.
Orang yang semacam itu, kata Maslow, akan cenderung bertingkah seakan-akan
selalu dalam keadaan terancam bencana besar. Seseorang yang merasa tidak aman
memiliki kebutuhan yang berlebihan akan keteraturan dan stabilitas serta akan
berusaha keras menghindari segala sesuatu yang dipandang asing bagi dirinya dan
yang tidak diharapkan oleh dirinya. Orang sehat dan merasa aman juga memerlukan
keteraturan dan stabilitas, tetapi tidak berlebihan sebagaimana orang yang neurotik
atau orang yang merasa dirinya tidak aman.
c.
Kebutuhan Rasa Memiliki dan Kasih Sayang
Setiap manusia sesungguhnya merasakan kebutuhan yang
mendalam akan adanya cinta dan kasih sayang dari orang lain dan kepada orang
lain. Demikian juga, setiap orang sangat membutuhkan rasa memiliki dan dimiliki
orang lain. Seaeorang akan merasa sedih kalau dorinya merasa tidak memiliki dan
tidak dimiliki orang lain atau kelompoknya karena dirinya akan tidak di terima
atau tidak mendapat tempat pada diri orang lain atau kelompoknya. Demikian
juga, seseorang akan merasa sedih jika dirinya merasa tidak disayangi oleh
orang lain atau kelompoknya.
Bagi Maslow, cinta dan kasih sayang merupak sesuatu
yang hakiki dan sangat berharga dalam kehidupan manusia karena di dalamnya
menyangkut suatu hubungan erat, sehat, dan penuh kasih antara dua orang atau
lebih, serta menumbuhkan sikap saling percaya. Carl Rogers (dalam Corey, 2009)
merumuskan cinta dan kasih sayang sebagai : "keadaan dimengerti secara
mendalam dan diterima dengan sepenuh hati". Dalam hubungan antarmanusia
yang dilandasi rasa kasih sayang dan rasa memiliki akan menumbuhkan hhubungan
yang sejati. Dalam hubungan yang sejati tidak akan ada rasa takut, tidak aman,
atau cemas yang seringkali menjadi penyebab rusaknya hubungan manusia satu sama
lain.
d.
Kebutuhan Penghargaan
Ada dua kategori tentang kebutuhan akan penghargaan
pada manusia, yaitu :
1.
Kebutuhan akan harga diri, meliputi:
a) Kepercayaan
diri
b) Kompetensi
c) Penguasaan
d) Kecukupan
e) Prestasi
f) Ketidak-ketergantungan
g) Kebebasan
2.
Kebutuhan akan penghargaan dari orang lain, meliputi :
a) Prestise
b)
Pengakuan
c) Penerimaan
d)
Perhatian
e)
Kedudukan
f) Nama baik
Seseorang yang memiliki cukup harga diri akan lebih
percaya diri, merasa lebih mampu, dan lebih produktif. Sebaliknya, orang yang
tidak cukup memiliki harga diri akan cenderung merasa rendah diri, tidak
percaya diri, tidak berdaya, dan bahkan kehilangan inisiatif atau mengalami
kebuntuan berpikir. Perlu ditegaskan disini bahwa harga diri yang paling stabil
dan paling sehat adalah yang tumbuh dan berkembang dari penghargaan yang wajar
dari orang lain, bukan penghargaan kerena kedudukan, kemasyuran, atau sanjungan
kosong.
e.
Kebutuhan Rasa Ingin Tahu
Ada sejumlah argumentasi yang dikemukakan oleh Maslow
bahwa rasa ingin tahu merupakan kebutuhan hidup manusia, yaitu :
1. Rasa
ingin tahu seringkali tampak juga pada binatang, apalagi manusia yang
dilengkapi dengan kelengkapan daya pikir yang lebih kompleks.
2. Pada
anak-anak memiliki rasa ingin tahu yang bersifat alamiah.
3. Sejarah
telah mencatat bahwa banyak orang yang dengan berani menantang bahaya besar
untuk memenuhi rasa ingin tahunya dengan memburu pengetahuan. Misalnya :
Galileo, Colombus, Socrates, dan lain-lain.
4. Banyak
hasil penelitian menunjukkan bahwa orang-krang yang telah mencapai kematangan
psikologis menunjukkan bahwa mereka sangat tetarik kepada hal-hal yang penuh rahasia,
penuh ketidak-pastian, dan belum dapat dijelaskan.
5. Banyak
kasus di mana orang-oramg dewasa yang sebenarnya sehat dan cerdas kemudian
menjadi menderita kebosanan, kehilangan gairah hidup, depresi, dan bahkan benci
kepada diri sendiri karena dalam menjalani hidupnya dengan melakukan pekerjaan-pekerjaan
penuh rutinitas dan bahkan konyol tanpa adanya sesuatu yang merangsang rasa
ingin tahu.
Rasa ingin tahu ini, menurut Erick Fromm (1969) sesungguhnya
dapat dikatakan sebagai suatu proses pencarian makna. Karena merupakan proses
pencarian makna, maka didalamnya mengandung hasrat untuk memahami, menyusun,
mengatur, menganalisis, menemukan hubungan-hubungan dan makna-makna, serta
membangun suatu sistem nilai.
f.
Kebutuhan Estetik
Munculnya kebutuhan estetik dalam teori Maslow ini
diawali dari penelitiannya yang dilakukan terhadap mahasiswa tentang pengaruh
lingkungan yang indah dan jorok terhadap perilaku mahasiswa tersebut. Hasilnya
menunjukkan bahwa lingkungan yang jorok sangat cepat mwnimbulkan kebosanan dan
melemahkan semangat, sedangkan lingkungan yang indah dapat menimbulkan perasaan
nyaman, semangat, dan kegairahan serta membuat mereka merasa lebih sehat.
Maslow juga menunjukkan bahwa kebutuhan estetik berkorelasi dengan gambaran
diri seseorang. Mereka yang tidka menjadi lebih sehat oleh keindahan adalah orang-orang
yang terbelenggu oleh gambaran diri mereka yang rendah.
g.
Kebutuhan Akan Pertumbuhan
Kebutuhan ini merupakan hasil perluasan dan upaya
memperjelas teori kebutuhan dasar manusia. Maslow menemukan kebutuhan yang
barudan termasuk kategori yang lebih tinggi. Kebutuhan ini dilukiskan sebagai
kebutuhan akan pertumbuhan atau dalam istilah aslinya dikenal dengan "Being
Values". Ada sejumlah daftar Being Values yang dikemukakan oleh
Maslow sebagaimana dikutip oleh Goble (2007), yaitu :
1.
Sifat
menyeluruh
2.
Kesempurnaan
3.
Penyelesaian
4.
Keadilan
5.
Sifat
hidup
6.
Sifat
kaya
7.
Kesederhanaan
8.
Keindahan
9.
Kebaikan
10. Keunikan
11. Sifat
tanpa kesukaran
12.
Sifat
penuh permaian
13. Kebenaran,
kejujuran, dan kenyataa
14. Sifat
merasa cukup.
h.
Kebutuhan Aktualisasi Diri
Maslow mengemukakan suatu kebutuhan yang dipandang
sebagai kenutuhan yang paling tinggi yang kemudian diberi nama "aktualisasi
diri". Kebutuhan "aktualisasi diri" didefinisikan sebagai
kebutuhan mendalam pada individu untuj menumbuhkan, mengembangkan, dan
menggunakan kemampuannya secara penuh. Lebih lanjut, dia melukiskan kebutuhan
ini sebagai "hasrat untuk makin menjadi diri sepenuh kemampuannya sendiri,
menjadi apa saja menurut kemampuannya". Dalam hirarki kebutuhan dari Maslow,
kebutuhan aktualisasi diri ini merupakan kenutuhan tertinggi atau puncak
kebutuhan manusia.
Selain teori kebutuhan dari Maslow, satu lagi teori
kebutuhan yang juga dikenal cukup luas adalah teori kebutuhan dari McClelland.
Menurut teori ini, pemahaman tentang motivasi akan semakin mendalam apabila
disadari bahwa setiap individu mempunyai tiga jenis kebutuhan, yaitu :
1.
Kebutuhan untuk berprestasi (need for achievement)
disingkat "N-Ach"
Berdasarkan penelitiannya, McClelland menemukan
bahwa orang-orang yang mempunyai need for
achievement tinggi, memiliki ciri-ciri menonjol sebagai berikut :
a.
Lebih senang menetapkan sendiri tujuan hasil karyanya.
b.
Lebih senang menghindari tujuan hasil karya yang mudah dan memilih yang sulit.
c.
Lebih menyenangi umpan balik yang cepat tampak dan efisien.
d.
Senang bertanggung jawab akan pemecahan masalah, meskipun sebenarnya dirasakan
sulit.
e.
Memiliki rasa ingin tahu yang tinggi (high
curiosity).
2.
Kebutuhan Untuk Berkuasa (Need For Power)
disingkat (N-Pow)
Menurut tori ini, kebutuhan akan kekuasaan
menampakkan diri pada keinginan unyuk mempunyai pengaruh terhadap orang lain.
Dikatakannya bahwa seseorang yang memiliki kebutuhan kuat untuk berkuasa, biasanya
menyukai kondisi kompetisi dan orientasi status serta akan lebih memberikan
perhatian pada berbagai faktor yang memungkinkan dirinya mengembangkan pengaruhnya
terhadap orang lain. Efek negatifnya, kadang-kadang melakukan segala cara untuk
dapat memenuhi kebutuhan untuk berkuasa itu.
3.
Kebutuhan Untuk Berafiliasi (Need for
Affiliation) disingkat "N-Aff"
Kebutuhan untuk beraffiliasi ini merupakan kebutuhan
nyata pada setiap manusia, terlepas dari status, kedudukan, jabatan, maupun
pekerjaan yang dimilikinya. Kebutuhan ini pada umumnya tercermin pada keinginan
untuk berada pada situasi yang bersahabat ketika berinteraksi dengan orang
lain. Seseorang akan merasa aman, senang,
dan berharga ketika dirinya diterima dan memperoleh tempat didalam kelompok.
Sebaliknya, akan merasa cemas, kurang bahagia, ketika dirinya tidak diterima
atau bahkan disisihkan oleh kelompoknya.
3. Kebutuhan Remaja dalam Perkembangannya
Menurut Garrison, setidaknya ada tujuh kebutuhan
khas remaja, yaitu :
a. Kebutuhan akan kasih sayang
b. Kebutuhan akan keikutsertaan dan diterima
dalam kelompok
c.
Kebutuhan untuk berdiri sendiri
d. Kebutuhan untuk berprestasi
e. Kebutuhan akan pengakuan diri orang lain
f. Kebutuhan untuk dihargai
g. Kebutuhan memperoleh falsafah hidup yang
utuh.
Dalam perspektif teori sosial-psikologis memandang
bahwa kebutuhan-kebutuhan remaja berkaitan erat dengan pemuasan kebutuhan
mereka dalam kelompoknya. Menurut teori ini, kebutuhan -kebutuhan psikologis
yang pokok akan mengarahkan tercapainya rasa aman. Kebutuhan-kebutuhan tersebut
adalah sebagai berikut:
a.
Kebutuhan untuk menerima afeksi dari kelompok atau individu, meliputi :
1.
Menerima rasa kasih sayang dari keluarga
dan atau orang lain diluar kehidupan keluarga
2. Menerima pujian atau sambutan hangat dari
teman-temanya
3.
Menerima penghargaan dan apresiasi dari
guru dan pendidik lainnya.
b.
Kebutuhan untuk memberikan sumbangan kepada kelompoknya, meliputi :
- Menyatakan afeksi kepada kelompoknya
- Turut serta memikul tanggung jawab kelompok
- Menyatakan kesediaan dan kesetiaan kepada kelompok
- Menghayati keberhasilan dalam kelompok
c.
Kebutuhan untuk memahami
d.
Kebutuhan untuk mempelajari dan menyelidiki sesuatu.
4. Konsekuensi Kebutuhan Remaja
yamg Tidak Terpenuhi
Remaja yang kebutuhannya terpenuhi secara memadai akan
memperoleh suatu kepuasan hidup sehingga akan merasa aman, gembira, harmonis,
dan prosduktif. Sebaliknya, remaja akan mengalami kekecewaan, ketidakpuasan,
atau bahkan frustasi, yang pada akhirnya akan menganggu pertumbuhan dan perkembangannya
jika kebutuhannya tidak terpenuhi. Bischof (1983) dalam "Interpreting Personality Theories"
mengemukakan bahwa setidaknya ada dua komponen kunci mengenai terjadinya
frustasi pada individu, yaitu :
a) Adanya
suatu kebutuhan (need), dorongan (drive), atau kecenderungan untuk bertindak.
b) Adanya
rintangan atau halangan yang menghambat individu dalam upaya mencapai tujuan
guna memenuhi kebutuhan atau dorongan-dorongan yang ada di dalam dirinya.
Dengan demikian, setiap tingkah laku remaja Khusunya
dan manusia pada umumnya selalu berkaitan dengan tujuan yang hendak dicapainya.
Apa yang hendak dicapai itu pada dasarnya dalam rangka memenuhi kebutuhan-kebutuhan
yang ada dalam dirinya. Oleh sebab itu, antara motivasi, kebutuhan, dan tingkah
laku itu berhubungan erat satu sama lain. Jika kebutuhan-kebutuhan itu tidak
terpenuhi, maka akan timbul kesulitan-kesitan yang menyebabkan timbulnya
perasaan kecewa, frustasi, marah, menyerang orang lain, minum-minuman keras, narkotika,
dan tingkah laku negatif lainnya yang sangat merugikan diri sendiri dan orang
lain.
5. Upaya Pemenuhan Kebutuhan Remaja
dan Implikasinya Bagi Pendidikan
Kondisi lingkungan sekitar, baik keluarga, sekolah, maupun
masyarakat berkaitan erat dengan motivasi seseorang. Menurut Maslow, ada
sejumlah kondisi yang merupaka prasyat dan sekaligus menjadi intervensi
edukatif dalam rangka pemuasan kebutuhan dasar manusia termasuk remaja, yaitu:
a. Kemerdekaan
untuk berbicara
b. Kemerdekaan
melakukan apa saja yang diinginkan sepanjang tidak merugikan dirinya dan orang
lain
c. Kemerdekaan
untuk mengeksplorasi lingkungan
d. Kemerdekaan
untuk mempertahankan atau membela diri
e. Adanya
keadilan
f. Adanya
kejujuran
g. Adanya
kewajaran
h. Adanya
ketertiban.
Ancaman terhadap faktor-faktor tersebut diatas akan
menyebabkan individu memberikan reaksi dengan cara sama dengan ketika mereka
bereaksi terhadap berbagai ancaman terhadap kebutuhan-kebutuhan dasarnya. Lebih
lanjut, Maslow mengatakan bahwa kondisi-kondisi itu bukanlah tujuan dalam
dirinya, namun memang nyaris seperti tujuan karena sedemikian eratnya hubungan dengan
kebutuhan-kebutuhan dasarnya sendiri. Kondisi-kondisi itu semaksimal mungkin
akan dipertahankan oleh individu karena tanpa kondisi-kondisi itu kepuasan
dasar mustahil akan dapat terpenuhi atau paling tidak akan terancam pemenuhannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar