PENGELOLAAN
LIMBAH LABORATORIUM
1.
Pengertian
Limbah Laboratorium
Limbah adalah
buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri maupun
domestik(rumah tangga), yang lebih dikenal sebagai sampah, yang kehadirannya
pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karena tidak
memiliki nilai ekonomis.
Menurut Recycling and Waste Management Act limbah didefinisikan sebagai benda bergerak
yang diinginkan oleh pemiliknya untuk dibuang atau pembuangannya dengan cara
yang sesuai, yang aman untuk kesejahteraan umum dan untuk melindungi
lingkungan. Limbah laboratorium adalah limbah yang berasal dari kegiatan
laboratorium.
Sumber limbah
laboratorium dapat berasal diantaranya dari :
1.
Bahan baku yang telah kadaluarsa
2.
Bahan habis pakai (misal medium biakan/
perbenihan yang tidak terpakai)
3.
Produk proses di laboratorium (misal sisa
spesimen)
4.
Produk upaya penanganan limbah (misal jarum
suntik sekali pakai)
Limbah adalah buangan yang kehadirannya pada suatu saat dan
tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungannya karena tidak mempunyai nilai
ekonomi. Limbah mengandung bahan pencemar yang bersifat racun dan bahaya.
Limbah ini dikenal dengan limbah B3 (bahan beracun dan berbahaya).
Limbah Laboratorium adalah buangan
yang berasal dari laboratorium. Dalam hal ini khususnya adalah laboratorium
kimia. Limbah ini dapat berasal dari bahan kimia, peralatan untuk pekerjaan
laboratorium dan lain-lain. Limbah laboratorium ini mempunyai resiko berbahaya
bagi lingkungan dan mahluk hidup.
Unsur-unsur tersebut meliputi antara lain sebagai berikut :
a. Penanggung Jawab Laboratorium
b. Para ahli pakar dan lembaga yang
dapat memberikan saran-saran
c. Para pengusaha dan swasta yang dapat
menyediakan sarana fasilitas yang diperlukan.
A.
Limbah Kimia
Pengolahan air buangan secara kimia biasanya dilakukan untuk
menghilangkan partikel-partikel yang tidak mudah mengendap (koloid),
logam-logam berat, senyawa fosfor, dan zat organik beracun; dengan membubuhkan
bahan kimia tertentu yang diperlukan. Penyisihan bahan-bahan tersebut pada
prinsipnya berlangsung melalui perubahan sifat bahan-bahan tersebut, yaitu dari
tak dapat diendapkan menjadi mudah diendapkan (flokulasi-koagulasi), baik
dengan atau tanpa reaksi oksidasi-reduksi, dan juga berlangsung sebagai hasil
reaksi oksidasi.
Pengendapan
bahan tersuspensi yang tak mudah larut dilakukan dengan membubuhkan elektrolit
yang mempunyai muatan yang berlawanan dengan muatan koloidnya agar terjadi
netralisasi muatan koloid tersebut, sehingga akhirnya dapat diendapkan.
Penyisihan logam berat dan senyawa fosfor dilakukan dengan membubuhkan larutan
alkali (air kapur misalnya) sehingga terbentuk endapan hidroksida logam-logam
tersebut atau endapan hidroksiapatit. Endapan logam tersebut akan lebih stabil
jika pH air > 10,5 dan untuk
hidroksiapatit pada pH > 9,5. Khusus untuk krom heksavalen, sebelum
diendapkan sebagai krom hidroksida [Cr(OH)3], terlebih dahulu direduksi menjadi
krom trivalent dengan membubuhkan reduktor (FeSO4, SO2, atau Na2S2O5).
Penyisihan bahan-bahan organik beracun seperti fenol dan sianida pada
konsentrasi rendah dapat dilakukan dengan mengoksidasinya dengan klor (Cl2),
kalsium permanganat, aerasi, ozon hidrogen peroksida. Pada dasarnya kita dapat
memperoleh efisiensi tinggi dengan pengolahan secara kimia, akan tetapi biaya
pengolahan menjadi mahal karena memerlukan bahan kimia.
Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan
dalam Penanganan Limbah Kimia
1. Labelisasi
botol/wadah limbah
Semua wadah limbah kimia harus
diberi label dengan warna yang mecolok. Label tersebut diberi keterangan
terkait nama lengkap bahan (tunggal atau campuran), mulai penyimpanan, tanggal
pembuangan dan informasi penting lainnya.
2. Tempat
penyimpanan limbah
Beberapa
kriteria yang harus diperhatikan dalam memilih tempat untuk menyimpan limbah,
diantaranya:
·
Jangan menyimpan limbah di lemari asam di mana reaksi kimia
sering dilakukan.
·
Wadah untuk menyimpan limbah harus disesuaikan. Biasanya
wadah yang sering dipakai untuk menyimpan limbah terbuat dari gelas (kaca) atau
polietilen.
·
Jangan menggunakan wadah yang terbuat dari kaleng logam jika
limbah bersifat asam dan basa kuat karena dapat merusak wadah dengan cepat.
- Jangan menyimpan wadah limbah di dekat air atau westafel.
Cara pengelolaan limbah kimia :
a. Netralisasi
Limbah
yang bersifat asam dinetralkan dengan basa seperti kapur tohor, CaO atau Ca(OH)2
Sebaliknya, limbah yang bersifat basa dinetralkan dengan asam seperti H2SO4
atau HCI.
b. Pengendapan/sedimentasi, koagulasi
dan flokulasi
Kontaminan
logam berat dalam ciaran diendapkan dengan tawas/FeC13, Ca(OH)2/CaO
karena dapat mengikat As, Zn, Ni. Mn dan Hg.
c. Reduksi-Oksidasi
Terhadap
zat organik toksik dalam limbah dapat dilakukan reaksi reduksi oksidasi
(redoks) sehingga terbentuk zat yang kurang/tidak toksik.
d. Penukaran ion
Ion logam berat nikel, Ni dapat
diserap oleh kation, sedangkan anion beracun dapat diserap oleh resin anion.
B.
Limbah Biologi
Pengolahan air buangan secara biologis adalah salah satu cara
pengolahan yang diarahkan untuk menurunkan atau menyisihkan substrat tertentu
yang terkandung dalam air buangan dengan memafaatkan aktivitas mikroorganisme
untuk melakukan perombakan substrat tersebut.
Proses pengolahan air buangan secara biologis dapat berlangsung
dalam tiga lingkungan utama, yaitu :
·
Lingkungan
aerob, yaitu lingkungan dimana oksigen terlarut (DO) didalam air cukup banyak,
sehingga oksigen bukan merupakan faktor pembatas;
·
Lingkungan
anoksik, yaitu lingkungan dimana oksigen terlarut (DO) didalam air ada dalam
konsentrasi yang rendah.
·
Lingkungan
anaerob, merupakan kebalikan dari lingkungan aerob, yaitu tidak terdapat
oksigen terlarut, sehingga oksigen menjadi faktor pembatas berlangsungnya
proses metabolisme aerob.
Berdasarkan pada kondisi pertumbuhan mikroorganisme yang bertanggung
jawab pada proses penguraian yang terjadi, reaktor dapat dibedakan menjadi 2
bagian, yaitu :
·
Reaktor
pertumbuhan tersuspensi (suspended growth reactor), yaitu reaktor dimana
mikroorganisme yang berperan pada prosses biologis tumbuh dan berkembang biak
dalam keadaan tersuspensi.
·
Reaktor
pertumbuhan lekat (attached growth reactor), yaitu reaktor dimana
mikroorganisme yang berperan pada proses penguraian substrat tumbuh dan
berkembang biak dalam keadaan yang tersuspensi.
C.
Limbah Fisika
Tahap penyaringan (screening) merupakan cara yang efisien dan murah
untuk menyisihkan bahan tersuspensi yang berukuran besar biasanya dengan
menggunakan sand filter dengan ukuran silica yang disesuaikan dengan
bahan-bahan tersuspensi yang akan disaring. Bahan tersuspensi yang mudah
mengendap dapat disisihkan secara mudahdengan proses pengendapan, pada proses
ini bisa dilakukan tanpa tambahan bahan kimia bila ukurannya sudah besar dan
mudah mengendap tapi dalam kondisi tertentu dimana bahan-bahan terususpensi
sulit diendapkan maka akan digunakan bahan kimia sebagai bahan pembantu dalam
proses sedimentasi, pada proses ini akan terjadi pembentukan flok-flok dalam
ukuran tertentu yang lebih besar sehingga mudah diendapkan pada proses yang
menggunakan bahan kimia ini masih diperlukan pengkondisian pH untuk mendapatkan
hasil yang optimal. Parameter desain yang utama untuk proses pengendapan ini
adalah kecepatan mengendap partikel dan waktu detensi hidrolis di dalam bak
pengendap.
Proses flotasi banyak digunakan untuk menyisihkan bahan-bahan yang
mengapung seperti minyak dan lemak agar tidak mengganggu proses pengolahan
berikutnya. Flotasi juga dapat digunakan sebagai cara penyisihan bahan-bahan
tersuspensi (clarification) atau pemekatan lumpur endapan (sludge thickening)
dengan memberikan aliran udara ke atas (air flotation). Proses filtrasi dalam
pengolahan air buangan, biasanya dilakukan untuk mendahului proses absorbsi
atau proses reverse osmosisnya, akan dilaksanakan untuk menyisihkan sebanyak
mungkin partikel tersuspensi dari dalam air agar tidak mengganggu proses
adsorbsi atau menyumbat membran yang dipergunakan dalam proses osmosa.
Proses adsorbsi, biasanya dengan karbon aktif, dilakukan untuk
menyisihkan senyawa aromatik (misalnya: fenol) dan senyawa organik terlarut
lainnya, terutama jika diinginkan untuk menggunakan kembali air buangan
tersebut. Teknologi membran (reverse osmosis) biasanya diaplikasikan untuk
unit-unit pengolahan kecil, terutama jika pengolahan ditujukan untuk
menggunakan kembali air yang diolah. Biaya instalasi dan operasinya sangat
mahal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar