MAKALAH STRATEGI BELAJAR MENGAJAR FISIKA
MODEL INQUIRY
Dosen Pengampu :
Dwi Agus Kurniawan, S.Pd., M.Pd
Disusun Oleh :
1.
Irma
Fadilah (A1C317005)
2.
Arip Nurrahman (A1C317023)
3.
Rita Arnila (A1C317073)
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN FISIKA
JURUSAN PENDIDIKAN
MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
JAMBI
2018
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr. Wb.
Syukur Alhamdulillah senantiasa penulis ucapkan
kehadirat Allah SWT yang selalu melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah strategi belajar mengajar fisika. Karena
atas izin-Nya lah batas waktu yang disediakan tidak terlampaui, hingga sesuai
dengan yang diharapkan.
Dalam
pelaksanaannya penulis tidak terlepas dari berbagai pihak yang telah memberikan
bantuan dan kemudahan baik berupa saran maupun bentuk bantuan yang lainnya.
Untuk itu dengan kerendahan hati penulis mengucapkan terimakasih kepada :
a. Bapak Dwi Agus Kurniawan, S.Pd., M.Pd. selaku dosen pengampu.
b. Teman-teman
c. Para
pihak yang telah membantu pembuatan makalah ini
Semoga Allah SWT berkenan membalas segala
kebaikannya. Penulis harap makalah ini dapat berguna kelak dikemudian hari.
Didalam makalah ini banyak sekali pembahasan tentang “Model Pembelajaran
Inquiry”, namun penulis sadar bahwa makalah ini masih banyak kekurangannya.
Oleh sebab itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
dan untuk perbaikan makalah ini. Jika ada sesuatu yang kurang berkenan penulis
mohon maaf.
Demikian sepatah dua patah dari penulis. Atas
perhatiannya penulis ucapkan terimakasih.
Wassalamualaikum Wr. Wb
Jambi,
November 2018
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................... ii
DAFTAR ISI........................................................................................................ iii
DAFTAR TABEL................................................................................................ iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang................................................................................................... 1
1.2
Rumusan
Masalah.............................................................................................. 2
1.3 Tujuan .............................................................................................................. 3
BAB II PEMBAHASAN
2.1
Kajian Teori........................................................................................................ 4
2.1.1
Pengertian Model Pembelajaran Inquiry.................................................... 4
2.1.2
Karakteristik
Atau Ciri-ciri Model Pembelajaran Inquiry.......................... 9
2.1.3
Tujuan,
Peran dan Manfaat Model Pembelajaran Inquiry....................... 10
2.1.4
Prinsip
Model Pembelajaran Inquiry........................................................ 14
2.1.5
Langkah-langkah
Model Pembelajaran Inquiry....................................... 15
2.1.6
Keunggulan
dan Kelemahan Model Pembelajaran Inquiry..................... 27
2.2
Kajian Kritis..................................................................................................... 28
BAB III PENUTUP
3.1
Kesimpulan..................................................................................................... 30
3.2 Saran ............................................................................................................ 31
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 31
LAMPIRAN......................................................................................................... 35
DAFTAR
TABEL
Table 1.
Traditional–reform pedagogy continuum....................................... 11
Tabel 2.Sintaks
pembelajaran model inquiry................................................ 20
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menurut Undang-Undang Nomor
20 Tahun 2003 pasal 1 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan, bahwa
pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa.Dibandingkan dengan negara berkembang lainnya, Indonesia memiliki mutu
pendidikan yang rendah. Menurut Education For All Global Monitoring Report 2012
yang dikeluarkan oleh UNESCO setiap tahunnya, pendidikan Indonesia berada di
peringkat ke-64 untuk pendidikan di seluruh dunia dari 120 negara.
Selama proses pembelajaran,
pada umumnya guru jarang mengajak siswa melakukan pengamatan atau praktikum
untuk materi yang sedang dipelajari secara nyata. Sebagai gantinyaguru
melakukan demonstrasi di depan kelas. Demonstrasi dilakukan karena guru memiliki
pertimbangan bahwa kegiatan demonstrasi
tidak menghabiskan waktu yang banyak dan dapat menyelesaikan materi
dengan cepat. Penerapan pembelajaran seperti ini akan mengakibatkan siswa
kurang mampu melakukan praktikum, sehingga kemampuan siswa seperti melakukan pengamatan, merumuskan hipotesis,
menggunakan alat, mengumpulkan data, mengidentifikasi variabel, membuat
kesimpulan dan kegiatan lain yang dapat mengembangkan
keterampilan proses ilmiah yang ada pada diri siswa tidak tampak.
Selain itu, rendahnya hasil belajar siswa
karena pembelajaran yang digunakan adalah pembelajaran konvensional. Guru
jarang sekali melakukan pendekatan dengan siswa. Guru lebih sering menggunakan
pola mengajar dengan menyajikan materi dan penyelesaian soal-soal dengan rumus.
Guru hampir tidak pernah menggunakan model ataupun pendekatan pembelajara yang
menimbulkan siswa tersebut untuk aktif. Siswa hanya menerima pelajaran, lalu
diberi tugas untuk mengerjakan soal-soal tanpa dibimbing untuk mencari,
menemukan dan mengaplikasikan pengetahuan itu dalam kehidupan sehari – hari.
Hal inilah yang mengakibatkan rendahnya hasil belajar siswa.
Berdasarkan alasan di atas,
upaya yang dapat dilakukan agar siswa aktif selama proses pembelajaran adalah
guru menciptakan suasana kelas yang kondusif yaitu dengan cara merancang
pembelajaran dengan memanfaatkan model pembelajaran yang menarik dansesuai
dengan karakter siswa, agar siswa termotivasi dalam belajar sehingga siswa
aktif dan kreatif dalam proses pembelajaran. Salah satu model pembelajaran
untuk mengatasi masalah tersebut adalah menggunakan model pembelajaran Inquiry.
Menurut Sanjaya
(2006: 194) dalam Maulana et al. (2015: 46), Model inkuiri merupakan model
pembelajaran yang penyajiannya memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan
informasi dengan atau tanpa bantuan guru. Model inkuiri adalah rangkaian
kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan
analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang
dipertanyakan.
Pada model
pembelajaran inquiry ini guru hanya sebagai fasilitator, guru
mengharapkan siswa dapat menemukan sendiri jawaban dari suatu permasalahan yang
ingin dipecahkan.Hal ini sesuai dengan tuntutan kurikulum 2013 yaitu
mengembangkan keseimbangan antara pengembangan sikap spiritual dan sosial, rasa
ingin tahu, kreativitas, kerja sama dengan kemampuan intelektual dan
psikomotorik.
Menurut Elyani (2011) dalam arisa dan simamora
(2014: 56), diperoleh rata-rata postest siswa di kelas eksperimen mencapai
77,17 sedangkan pada kelas kontrol rata-rata hasil postes hanya mencapai 62,06.
Hal ini memperlihatkan bahwa model Pembelajaran Inquiry training dapat
meningkatkan hasil belajar siswa dibandingkan dengan pembelajaran konvensional.
Oleh sebab itu model pembelajaran inquiry sangat baik digunakan untuk
meningkatkan mutu pembelajaran serta hasil belajar yang lebih efektif bagi
siswa.
1.2 Rumusan
Masalah
1. Apa pengertian model pembelajaran inquiry ?
2. Bagaimanakah karakteristik atau ciri-ciri
model pembelajaran inquiry ?
3. Apa
saja tujuan, peran dan manfaat model pembelajaran inquiry ?
4. Bagaimana prinsip model pembelajaran
inquiry ?
5. Apa
saja langkah-langkah model pembelajaran inquiry ?
6. Apa sajakah keunggulan dan kelemahan dari
model pembelajaran inquiry?
1.3 Tujuan
1.
Dapat mengetahui pengertian model pembelajaran
inquiry.
2.
Dapat mendeskripsikan karakteristik atau
ciri-ciri model pembelajaran
inquiry.
3.
Dapat mengetahui tujuan, peran dan manfaat
model pembelajaran inquiry.
4.
Dapat menjelaskan prinsip model pembelajaran
inquiry .
5.
Dapat mengetahui langkah-langkah model
pembelajaran inquiry.
6.
Dapat
mengetahui keunggulan dan kelemahan model pembelajaran inquiry.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Kajian
Teori
2.1.1
Pengertian
Model Pembelajaran Inquiry
Menurut Lefudin ( 2017: 224), inquiry yang
dalam bahasa inggris , inquiry,
berarti pertanyaan , pemeriksaan, penyelidikan. Strategi inkuiri ini banyak
dipengaruhi oleh aliran belajar kognitif. Menurut aliran ini belajar pada
hakikatnya adalah proses mental dan proses berpikir dengan memanfaatakan segala
potensi yang dimiliki setiap individu secara optimal, belajar bukan hanya
sekedar proses menghapal dan menumpuk ilmu pengetahuan, tetapi bagaimana
pengetahuan yang diperolehnya bermakna untuk siswa melalui keterampilan
berpikir. Seperti yang telah dikemukakan di atas, aliran belajar kognitif
selanjutnya melahirkan beberapa teori belajar Gestalt, teori medan, dan teori
belajar kontruktivistik. Menurut teori-teori belajar yang beraliran kognitif,
belajar pada hakikatnya bukan merupakan peristiwa behavioral yang dapat
diamati, tetapi proses mental seseorang untuk memaknai lingkungannya sendiri.
Menurut Mulyasa (2003:234) dalam Chodijah et
al. (2012: 6),“Inquiry adalah suatu proses untuk memperoleh dan mendapatkan
informasi dengan melakukan observasi atau eksperimen untuk mencarijawaban atau
memecahkan masalah terhadap pertanyaan atau rumusan masalah dengan menggunakan
kemampuan berpikir kritis dan logis”. Inquiry sebenarnya merupakan prosedur
yang biasa dilakukan oleh ilmuwan dan orang dewasa yang memiliki motivasi
tinggi dalam upaya memahami fenomena alam, memperjelas pemahaman, dan
menerapkannnya dalam kehidupan seharihari. Inquiry menempatkan peserta didik
sebagai subyek belajar yang aktif .
Menurut Sanjaya (2006: 194) dalam Maulana et
al. (2015: 46), Model inkuiri merupakan model pembelajaran yang penyajiannya
memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan informasi dengan atau tanpa
bantuan guru. Model inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan
pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan
sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan.
Menurut Joyce dan well (2000) dalam Usdalifah
et al. (2016: 9) Berdasarkan Kemendikbud tahun 2014, mengemukakan bahwa inti
dari pembelajaran inkuiri adalah melibatkan peserta didik dalam masalah
penyelidikan nyata dengan menghadapkan mereka dengan cara penyelidikan
(investigasi), membantu mereka mengidentifikasi masalah konseptual atau
metodologis dalam wilayah investigasi, dan meminta mereka merancang cara
mengatasi masalah. Melalui inkuiri peserta didik belajar menjadi seorang
ilmuwan dalam menyusun pengetahuan. Selaim itu peserta didik elajar menghargai
ilmu dan mengetahui keterbatasan pengetahuan dan ketergantungan satu dengan
yang lain.
Menurut (Yuliani, 2012:20) dalam Purwasih
(2015: 18), Membedakan model
pembelajaran inkuiri menjadi tiga jenis berdasarkan besarnya intervensi guru
terhadap siswa atau besarnya bimbingan yang diberikan oleh guru kepada siswanya. Ketiga jenis model
pembelajaran inkuiri tersebut adalah:
1)
Inkuiri Terbimbing
Menurut Sukimarwati (2013: 156),Guided InquiryModelmerupakan model
pembelajaran yang menekankan dalam proses penemuan konsep.Guide inquiry model berusaha meletakkan dasar dan mengembangkan
cara metode ilmiah, dan menempatakn siswa lebih banyak beljar sendiri atau
kelompok untuk memecahkan masalah.Model ini mengembangkan keterampilan proses
sains dan memusatkan perhatian pada pengembangan motivaasi, dan kemampuan
kreaatif,
Menurut
Sukimarwati (2013: 156) Tahap-tahap model pembelajaran Guided
InquiryModel yaitu diawali dengan:
a.
Perumusan masalah (inisiasi)
b.
Membuat
hipotesis (seleksi)
c.
Merancang
percobaan (eksplorsi)
d.
Melaksanakan
percobaan (formulasi)
e.
Membuat
kesimpulan (koleksi)
f.
Mengkomunikasiakan hasil percobaan (pesentasi)
Tahap penilaian model
pembelajaran ini akan lebih efektif apabila ditunjang oleh pembelajaran yang
sesuai.
Menurut Santoso et al. (2017:22) Model
pembelajaran inkuiri terbimbing merupakan salah satu model pembelajaran yang
tepat diterapkan pada kondisi kelas yang kemampuan peserta didiknya bervariasi.
Model pembelajaran inkuir terbimbing (guided
inquiry) adalah model pembelajaran yang berpusat pada peserta didik,
peserta didik juga dilatih mengembangan kemampuan untuk berpikir, peserta didik
dilatih berpikir kritis. Selain ini dapat membangkitkan gairah belajar pada
peserta didik. Pembelajaran inkuiri terbimbing diterapkan agar peserta didik
diberi kesempatan untuk memecahkan masalah yang mereka hadapi secara individu
ataupun berkelompok. Dan dilatih untuk beriteraksi dengan teman sebaya didalam
kelas agar saling bertukar informasi.
Menurut Mediawati (2014:8), Model pembelajaran
inkuiri memiliki kelebihan yaitu:
a) Siswa dapat berpartisipasi aktif dalam pembelajaran yang
disajikan
b) Menumbuhkan sekaligus menanamkan sikap inkuiri
c) Mendukung kemampuan problem
solving siswa
d) Memberikan wahana interaksi antar siswa, maupun guru
dengan siswa. Dengan demikian siswa terlatih untuk enggunakan bahasa indonesia
dengan baik dan benar
e) Materi yang dipelajari akan mencapai tingkat kemampuan
yang lebih lama membekas dalam ingatan karena sisiwa dilibatkan dalam proses
menemukannya.
2) inkuiri
bebas;
3) inkuiri
yang dimodifikasi.
Menurut Handriani et al. (2015: 211), MPI memiliki
tingkatan berdasarkan kompleksitas dalam penerapannya. Mengelompokkan MPI
menjadi empat tingkatan, yaitu inkuiri terstruktur (structured inquiry),
inkuiri terbimbing (guided inquiry), inkuiri terbuka (open inquiry), dan siklus
belajar (learning cycle). Penjelasannya sebagai berikut:
1) inkuiri
terstruktur, pada kegiatan pembelajaran guru menyediakan rumusan masalah
penyelidikan, bahan, dan prosedur, sedangkan hasilnya dicari oleh siswa
sendiri;
2) inkuiri
terbimbing, pada kegiatan pembelajaran guru hanya menyediakan bahan dan rumusan
masalah penyelidikan, dan siswa merancang prosedur penyelidikan untuk mencari
jawaban permasalahan;
3) inkuiri
terbuka, pada inkuiri ini siswa terlibat dalam merumuskan masalah yang
diteliti. Inkuiri ini mirip seperti cara kerjanya para peneliti;
4)
siklus belajar, pembelajaran dengan tahap yang
sudah diatur sedemikian rupa sehingga siswa ikut berperan aktif dalam proses
pembelajaran. Siklus belajar menekankan siswa untuk menemukan konsep baru,
kemudian guru memberi jawaban formal nama konsep tersebut, dan siswa
mengaplikasikan konsep tersebut dalam konteks yang berbeda.
Menurut Lahadisi (2014:
95-96), beberapa macam model pembelajaran inquiri yang dikemukakan oleh Sund
dan Trowbridge dalam Hamruni, diantaranya:
1.
Guide Inquiry
Pembelajaran
inkuiri terbimbing yaitu suatu model pembelajaran inkuiri yang dalam
pelaksanaanya guru menyediakan bimbingan atau petunjuk cukup luas kepada guru.
2.
Modified inquiry
Model
ini memiliki ciri yaitu guru hanya memberikan permasalahantersebut melalui pengamatan,
percobaan, atau prosedur penelitianuntuk memperoleh jawaban
3.
Free inquiry
Pada
model ini siswa harus mengidentifikasi dan merumuskan macam problema yang
dipelajari dan dipecahkan.
4.
Inquiry Role Approach
Model
pembelajaran inkuiri pendekatan peranan ini melibatkan siswa dalam tim-tim yang
masing-masing terdiri atas empat orang untuk memecahkan masalah yang diberikan.
5.
Invitation Into Inquiry
Model
inkuiri jenis ini siswa dilibatkan dalam proses pemecahan masalah dengan
cara-cara yang ditempuh para ilmuwan.
6.
Pictorial Riddle
Pada
model ini merupakan metode mengajar yang dapat mengembangkan motivasi dan minat
siswa dalam diskusi kelompok kecil tau besar, gambar, peragaan, atau situasi
sesungguhnya dapat digunakan untuk meningkatkan cara berpikir kritis dan
kreatif para siswa.
7.
Synectics Lesson
Model
ini lebih memusatkan keterlibatan siswa untuk membuat berbagai macam bentuk
kiasan supaya dapat membuka intelegensinya dan mengembangkan kreativitasnya.
8.
Value Clarification
Pada
model ini siswa lebih difokuskan pada pemberian kejelasan tentang suatu tata
aturan atau nilai-nilai pada suatu proses pembelajaran.
2.1.2
Karakteristik Atau Ciri-ciri Model Pembelajaran Inquiry
Menurut Sanjaya (2006: 194) dalam Maulana et
al. (2015: 46), Ada beberapa hal yang menjadi ciri utama model inkuiri, yaitu:
a. Inkuiri menekankan kepada aktivitas secara maksimal untuk
mencari dan menemukan, artinya model inkuiri menempatkan siswa sebagai subjek
belajar. Dalam proses pembelajaran, siswa tidak hanya berperan sebagai penerima
pelajaran melalui penjelasan guru secara verbal, tetapi mereka berperan untuk
menemukan sendiri inti dari materi pelajaran itu sendiri.
b. Seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk
mencari dan menemukan jawaban sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan, sehingga
diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri (self belief). Dengan demikian model pembelajaran inkuiri
menempatkan guru bukan sebagai sumber belajar, akan tetapi sebagai fasilitator
dan motivator belajar siswa.
c.
Dapat
mengembangkan kemampuan berpikri secara sistematis, logis, dan kritis, atau
mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental. Dengan
demikian dalam model inkuiri siswa tak hanya dituntut agar menguasai materi
pelajaran, akan tetapi bagaimana mereka dapat menggunakan potensi yang
dimilikinya.
Menurut Minner et al. (2010:
478),inquiry science instruction
can be characterized as having three aspects:
1)
Thepresence of science content,
2)
student engagement with science content, and
3)
student responsibility forlearning, student
active thinking, or student motivation within at least one component of
instruction question, design, data, conclusion, or communication.
Terjemahannya:
Menurut
Minner et al. (2010: 478), instruksi ilmu inquiry dapat dicirikan memiliki tiga
aspek:
1) Keberadaan
konten sains,
2) Keterlibatan
siswa dengan konten sains, dan
3)
Tanggung jawab siswa untuk belajar, pemikiran
aktif siswa, atau motivasi siswa dalam setidaknya satu komponen pertanyaan
instruksi, desain, data, kesimpulan, atau komunikasi.
2.1.3
Tujuan, Peran dan Manfaat Model Pembelajaran Inquiry
A.
Tujuan Model Pembelajaran Inquiry
Tujuan utama model inquiry adalah menolong
siswa untuk dapat mengembangkan disiplin intelektual dan keterampilan berpikir
dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan dan mendapatkan jawaban atas dasar rasa
ingin tahu mereka. Model inquiry merupakan bentuk pembelajaran yang beorientasi
kepada siswa (student centered approach),
sebab siswa memegang peran yang sangat dominan dalam proses pembelajaran
(Maulana et al., 2015: 47).
Menurut Setiawan (2006) dalam Maulana et al.
(2015: 48), Adapun tujuan model inkuiri, adalah:
a. Mengembangkan sikap, keterampilan, kepercayaan siswa
dalam memecahkan masalah atau memutuskan sesuatu secara tepat (objektif).
b. Mengembangkan kemampuan berpikir siswa agar lebih
tanggap, cermat, dan nalar (kritis, analitis, dan logis).
c. Membina dan mengembangkan sikap ingin tahu lebih jauh
(curiousity).
d.
Mengungkapkan
aspek pengetahuan (kognitif) maupun sikap (afektif).
Jadi, tujuan
inkuiri pada dasarnya melatih siswa
untuk belajar bagaimana menemukan sendiri pemecahan
masalah yang sedang dihadapi. Juga melatih siswa memahami materi pembelajaran dari pengalaman yang
ditemukan melalui proses inkuiri tersebut.
B. Peran
Guru dan Siswa dalam Model Pembelajaran Inquiry
Menurut Trianto (2007: 136) dalam buku Maulana
et al. (2015: 47), Peran guru dalam pembelajaran inquiry:
a) Motivator, memberikan rangsangan agar siswa mengalami
bergairah berpikir.
b) Fasilitator, menunjukkan jalan keluar jika siswa
mengalami kesulitan.
c) Penanya, Menyadarkan siswa dari kekeliruan yang mereka
buat.
d) Administrator, bertanggung jawab terhadap seluruh
kegiatan kelas.
e) Pengarah, memimpin kegiatan siswa untuk mencapai tujuan
yang diharapkan.
f)
Manajer,
mengelola sumber belajar, waktu, dan organisasi kelas.
Menurut
Simatupang (2015: 35) Dalam model
pembelajaran inkuiri, guru berperan sebagai:
a) Motivator, artinya guru mendorong siswa agar dapat
berpikir kritis melalui penyajian masalah
b) Fasilisator, artinya guru membantu siswa ketika mengalami
kesulitan, dan
c) Pengarah, guru sebagai pengarah artinya guru memimpin
siswa agar mencapai tujuan pembelajaran yang telah diterapkan.
According to Anderson (2002: 5), Table 1. Traditional–reform pedagogy
continuum:
Predominance of old orientation
|
Predominance of new orientation
|
Teacher Role:
As dispenser of knowledge
Transmits information communicates with
individuals directs student actions explains conceptual relationships teacher
knowledge is static directed use of textbook, etc.
|
As coach and facilitator
Helps students process info. Communicates with
groups Coaches student actions facilitatesstudent thinking models the
learning process flexible use of materials
|
Student Role:
As passive receiver
Records teacher’s information memorizes
information follows teacher directiions defers to teacher as authority
|
As self-directed learner
Processes information interprets, explains,
hypoth. Designs own activities shares authority for answers
|
Student work:
Teacher-prescribed activities
Completes worksheets all students complete same
tasks teacher directs tasks absence of items on right
|
Student-directed learning
Directs own learning tasks vary among students
design and direct own tasks emphasizes reasoning, reading and writing for meaning,
solving problems, building form existing cognitive structures, and explaining
complex problems.
|
Terjemahannya:
Menurut Anderson (2002: 5),
table 1. Regenerasi
pedagogi tradisional-reformasi
Dominasi
orientasi lama
|
Mendominasi
orientasi baru
|
Peran
Guru:
Sebagai
dispenser pengetahuan
Mentransmisikan
informasi berkomunikasi dengan individu mengarahkan tindakan siswa
menjelaskan hubungan konseptual pengetahuan guru adalah penggunaan statis
buku teks, dll.
|
Sebagai
pelatih dan fasilitator
Membantu
siswa memproses info. Berkomunikasi dengan kelompok Pelajar siswa tindakan
memfasilitasi model pemikiran siswa proses pembelajaran penggunaan bahan
fleksibel
|
Peran
Siswa:
Sebagai
penerima pasif
Catatan
informasi guru yang menghafal informasi mengikuti arahan pengarah guru ke
guru sebagai otoritas
|
Sebagai
pembelajar mandiri
Memproses
interpretasi informasi, menjelaskan, hipotesis. Desain kegiatan sendiri
memiliki otoritas untuk jawaban
|
Pekerjaan
Siswa:
Kegiatan
yang ditentukan oleh guru
Melengkapi
lembar kerja semua siswa menyelesaikan tugas yang sama guru mengarahkan tugas
tidak adanya item di sebelah kanan
|
Pembelajaran
yang diarahkan oleh siswa
Mengarahkan
tugas belajar sendiri bervariasi di antara desain siswa dan mengarahkan tugas
sendiri menekankan penalaran, membaca dan menulis untuk makna, memecahkan
masalah, membangun bentuk struktur kognitif yang ada, dan menjelaskan masalah
yang kompleks.
|
C. Manfaat Model Pembelajaran Inquiry
Menurut Sanjaya (2006) dalam Nurjannah (2017:
111-112),Manfaat model pembelajaran inquiry bagi anak dalam proses belajar
antara lain sebagai berikut:
a. Membantu
dan mengembangkan konsep pada diri anak, sehingga anak dapat mengerti tentang
konsep dasar dan ide-ide lebih baik.
b. Membantu
dan menggunakan ingatan dan transfer pada situasi proses belajar yang baru.
c. Membantu
anak untuk berfikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri, bersikap objektif,
jujur dan terbuka.
d. Memberi
kepuasan yang bersifat intrinsik.
e. Memberi
stimulasi/rangsangan terhadap proses belajar anak lebih baik.
f. Dapat
mengembangkan bakat dan kecakapan individu.
g. Memberi
kebebasan anak untuk belajar sendiri.
2.1.4
Prinsip Model Pembelajaran Inquiry
Menurut Ibnu Badar dalam Mariyaningsih et al.
(2018: 61), terdapat beberapa prinsip pembelajaran inkuiri meliputi:
1) Berorientasi
pada pengembangan intelektual
Pembelajaran
inkuiri berorientasi kepada hasil dan proses belajar karena tujuan utama pada
model pembelajaran inkuiri adalah untuk mengembangkan kemampuan berpikir siswa
2) Prinsip
Interaksi
Guru
bukanlah satu-satunya sumber belajr siswa,karena pada dasarnya prosees
pembelajaran terjadi manakala ada proses interaksi baik antarsiswa, antara
siswa dengan guru bahkan antara siswa dengan lingkungan. Jadi dalam hal ini
perean guru adalah mengatur lngkungan
belajar dan interaksi yang diharapkan terjadi.
3) Prinsip
bertanya
Kemampuan
guru untuk bertanya dalam setiap mlangkah inkuiri sangat diperlukan, selalu
dikembangkan pula sikap kritis siswa dengan selalu bertanya dan mempertnyakan
berbagai fenomena yang dipelajari
4) Prinsip
belajar untuk berpikir
Belajar
bukan sekedar mengingat sejumlah fakta, melainkan sejumlah proses berpikir,
yang dimaksud berpikir disini adalah proses mengembangkan potensi seluruh otak.
Berpikir adalah menggunaan dan pemanfaatan otak secara maksimal.
5) Prinsip
keterbukaan
Tugas
guru adalah menyediakan ruang untuk memberikan kesempatan kepada siswa
mengembangkan hipotesis dan secara terbuka membuktikan kebenaran hipotesis yang
diajukan sehingga pelajaran yang dipelajari menjadi bermakna, pembelajaran yang
bermakna merupakan pembelajaran yang menyediakan berbagai kemungkinan sebagai
hipotesis yang harus dibuktikan kebenarannya oleh siswa sendiri.
Menurut Wena (2009:76) dalam Chodijah et al.
(2012: 9), menjelaskan prinsip model inquiry yaitu:
a. Peserta
didik akan bertanya jika mereka dihadapkan pada masalah yang membingungkan
b. Peserta
didik dapat menyadari dan belajar menganalisis strategi berfikir mereka.
c. Strategi
berfikir baru dapat diajarkan secara langsung dan ditambahkan pada apa yang
telah mereka miliki.
d. Inquiry
dalam kelompok dapat memperkaya khazanah pikiran dan membantu peserta didik
belajar mengenai sifat pengetahuan yang sementara dan menghargai pendapat orang
lain.
2.1.5
Langkah-langkah Model Pembelajaran Inquiry
Menurut
Sanjaya dalam Cahyani (2016:142), proses pembelajaran inkuiri dilakukan melalui
tahapan-tahapan sebagai berikut:
1)
Orientasi
2)
Merumuskan
Masalah
3)
Mengajukan
hipotesis
4)
Mengumpulkan
data
5)
Menguji
hipotesis
6)
Merumuskan
kesimpulan
Pengajaran guru yang melibatkan ke enam – enam
fasa ini menggambarkan aplikasi model inkuiri. Model ini boleh digunakan sama
ada di peringkat rendah atau pun menengah, bagi memastikan pengajaran secara
inkuiri ini berjaya, guru hendak lah memahirkan diri dengan langkah atau fasa
inkuri serta yakin dalam menggunakan model ini terlebih dahulu, selain itu guru
hendaklah merancang pengajaran dengan teliti.
Menurut Majid (2016:
224-226), secara umum proses pembelajaran dengan menggunakanstrategi dapat
mengikuti langkah-langkah sebagai berikut.
a.
Orientasi
Langkah orientasi adalah
langkah untuk membina suasanaatau iklim pembelajaran yang responsif. Pada
langkah ini, gurumengkondjsikan agar siswa siap melaksanakan proses
pembelajaran.Guru merangsang dan mengajak siswa untuk berpikir
memecahkanmasalah. Langkah orientasi merupakan langkah yang sangat
penting.Keberhasilan startegi ini sangat tergantung pada. kemauan siswauntuk
beraktivitas menggunakan kemampuannya dalam memecahkanmasalah. Tanpa kemauan
dan kemampuan tersebut tak mungkinproses pembelajaran akan berjalan dengan
lancar.
b.
Merumuskan masalah
Merumuskan masalah merupakan
langkah melibatkan siswa pada suatu persoalan yang mengandung teka-teki.
Persoalan yang disajikan adalah persoalan yang menantang siswa untuk berpikir
memecahkan teka-teki tersebut karena masalah tersebut pasti ada jawabannya
sehingga siswa didorong untuk mencari jawaban yang tepat. Proses mencari
jawaban itulah yang sangat panting dalam strategi inkuiri. Oleh sebab itu,
melalui proses tersebut siswa akan memperoleh pengalaman yang sangat berharga
sebagai upaya mengembangkan mental melalui proses belajar.
c. Merumuskan
hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang sedang
dikaji. Sebagai jawabansementarahipotesis perludiuji kebenarannya. Perkiraan
sebagai hipotesis bukan sembarangperkiraantetapi harus memiliki landasan
berpikir yang kokohsehinggahipotesis yang dimunculkan itu bersifat rasional dan
logis.Kemampuan berpikir logis itu sendiri akan sangat dipengaruhioleh
kedalaman wawasan yang dimiliki serta keluasan pengalaman.Dengandemikian,
setiap individu yang kurang mempunyai wawasanakan sulit mengembangkan hipotesis
yang rasional dan logis.
d.
Mengumpulkan data
Mengumpulkan data adalah aktivitas menjaring
informasiyang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Dalam strategi
pembelajaran inkuiri, mengumpulkan data merupakan prosesmental yang sangat
penting dalam pengembangan intelektual. Prosespengumpulan data bukan hanya
memerlukan motivasi yang kuatdalam belajar, tetapi juga membutuhkan ketekunan
dan kemampuan menggunakan potensi berpikirnya. Oleh karena itu, tugas dan
peranguru dalam tahapan ini adalah mengajukan pertanyaan-pertanyaanyang dapat
mendorong siswa untuk berpikir mencari informasi yangdibutuhkan. Sering terjadi
kemacetan berinkuiri adalah manakalasiswa tidak apresiatif terhadap pokok permasalahan.
Tidak apresiatifitu biasanya ditunjukkan oleh gejala-gejala ketidakgairahan
dalambelajar. Manakala guru menemukan gejala-gejala semacam ini, guruhendaknya secara terus-menerus
memberikan dorongan kepadasiswa untuk belajar melalui penyuguhan berbagai jenis
pertanyaansecara merata kepada seluruh siswa sehingga mereka terangsang untuk
berpikir.
e. Menguji
hipotesis
Menguji
hipotesis adalah proses menentukan jawaban yangdianggap diterima sesuai dengan
data atau informasi yang diperolehberdasarkan pengumpulan data. Dalam menguji
hipotesis yangterpenting adalah mencari tingkat keyakinan siswa atas
jawabanyang diberikan. Di samping itu, menguji hipotesis juga
berartimengembangkan kemampuan berpikir rasional. Artinya, kebenaranjawabanyang
diberikanbukan hanya berdasarkanargumentasiakan tetapi harus didukung oleh data
yang ditemukan dan dapatdipertanggungjawabkan.
f.
Merumuskan kesimpulan
Merumuskan
kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuanyang diperoleh berdasarkan hasil
pengujian hipotesis. Merumuskankesimpulan merupakan gong-nya dalam proses pembelajaran.Sering terjadi, karena banyaknya
data yang diperoleh menyebabkankesimpulan yang dirumuskan tidak fokus pada
masalah yanghendak dipecahkan. Oleh karena itu, untuk mencapai kesimpulanyang
akurat sebaiknya guru mampu menunjukkan pada siswa datamana yang relevan.
According
to Hutahaean et al. (2017: 31), the science process skills
is a complex capability device commonly used in conducting scientific inquiry
into a series of learning process.Science process skills in this study refers
to are as follows 1) obseving, 2) asking question, 3) Formulate hypotheses, 4)
Find patterns and variable relationships, 5) Communicate effectively, 6)
Designing an experiments,7) conducting an experiments ,8) Make a conclusion. Menurut Hutahaean et al. (2017: 31),
keterampilan proses sains adalah perangkat kemampuan kompleks yang biasa
digunakan dalam melakukan penyelidikan ilmiah ke dalam serangkaian proses
pembelajaran. Keterampilan proses sains dalam penelitian ini mengacu adalah
sebagai berikut 1) obseving, 2) mengajukan pertanyaan, 3) Merumuskan hipotesis,
4) Menemukan pola dan hubungan variabel, 5) Berkomunikasi secara efektif, 6)
Merancang percobaan, 7) melakukan percobaan, 8) Buat kesimpulan.
Menurut Zaini et al. ( 2008:
28-29), langkah-langkah inquiri adalah sebagai berikut:
1.
Buat satu
pertanyaan tentang satu pelajaran yang dapat membangkitkan minat peserta didik
untuk mengetahui lebih lanjut atau mendiskusikannya dengan teman. Pertanyaan
tersebut harus dibuat yang sekiranya hanya diketahui oleh sebagian kecil
peserta didik. Misalnya adalah :
· Pengetahuan sehari-hari (“ mengapa harga
BBM naik ?”)
· Bagaimana (“ Menurut prinsip-prinsip
andragogi, bagaimana seharusnya seorang pengajar memperlakukan peserta
didiknya?”)
· Definisi (“Apakah tujuan pembelajran
itu?”)
· Ide pokok (“Menurut anda, apa yang
dibahas dalam topik ini?”)
· Cara kerja sesuatu (“ Apa yang
menyebabkan concept map dapat dipahami oleh orang lain?”)
· Produk/hasil (“Menurut Anda apa yang
akan dihasilkan oleh pelatihan ini?”)
· Solusi (“Apa jalan keluarnya jika tidak
mau mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh seorang pengajar?”)
2.
Anjurkan
peserta didik untuk menjawab apa saja sesuai dengan dugaan mereka. Gunaka
kata-kata; coba perkirakan, apa kira-kira? Dan lain-lain.
3.
Jangan
memberi jawaban secara langsung. Tamping semua dugaan-dugaan, biarkan peserta
didik bertanya-tanya tentang jawaban yang benar,
4.
Gunakan
pertanyaan tersebut sebagai jembatan untuk mengajarkan apa yang akan anda
ajarkan kepada peserta didik. Jangan lupa beri jawaban yang benar di
tengah-tengah anda menyampaikan pelajaran/perkuliahan.
Unsur-Unsur dalam Model Pembelajaran Inquiry
·
Sintaks ( struktur model pengajaran )
Menurut Joyce et al. (2015:151-152) Sintaks memiliki beberapa
fase-fase,tetapi tidak diurutkan secara kaku.
·
Fase satu, bidang
penyelidikan dikemukakan oleh kepada siswa, termasuk metodologi-metodologi yang
digunakan dalam penyelidikan tersebut.
·
Fase dua, masalah disusun
sehingga siswa mengidentifikasi suatu kesulitan dalam penyelidikan, kesulitan
mungkin menjadi salah satu inpretasi data,pembentukan data, kendali eksperimen,
atau pembuatan kesimpilan.
·
Fase tiga, siswa diminta
untuk berspekulasi tentang masalah, sehingga siswa dapat mengidentifikasi
kesulitan yang terlibat dalam penelitian.
·
Fase empat, siswa kemudian
diminta memikirkan cara-cara memecahkan kesulitan dengan merancang ulang
eksperimen, menyusun data dengan
cara-cara yang berbeda, menghasilkan data, mengembangkan kontstruk, dan sebagainya.
Menurut Hermawan dan Sondang
S. (2013: 34), Sintaks pembelajaran model inquiry :
Fase-Fase
|
Kegiatan Pembelajaran
|
1.
Menyajikan pertanyaan
|
Guru
membimbing siswa Mengidentifikasi masalah dan di tulis di papan tulis. Guru
membagi siswa ke dalam kelompok.
|
2.
Membuat Hipotesis
|
Guru
memberikan kesempatan kepada siswa untuk curah pendapat dalam membentuk
hipotesis. Guru membimbing siswa dalam menentukan hipotesis yang relevan
dengan permasalahan dan memprioritaskan hipotesis mana yang menjadi prioritas
penyidikan.
|
3.
Merancang percobaan
|
Guru
memberikan kesempatan kepada siswa untuk menentukan langkah-langkah yang
sesuai dengan hiptesis yang akan dilakukan. Guru membimbing siswa mengurutkan
langkah-langkah percobaan.
|
4.
Melakukan percobaan untuk
memperolah informasi
|
Guru
membiming siswa mendapat informasi melalui percobaan
|
5.
Mengumpulkan dan
menganalisa data
|
Guru
memberi kesempatan pada tiap kelompok untuk menyampaikan hasil pengolahan
data yang terkumpul
|
6.
Membuat kesimpulan
|
Guru
membimbing siswa untuk membuat kesimpulan
|
Tabel 2. Sintaks pembelajaran model
inquiry
According to Vanaja (2003: 40), syntax for inquiry training
models (ITM): it is the plan of action that a teacher has to follow while using
ITM in the classroom. It is devided into five phases.
Phase 1: Encounter with the problem: In this phase the
teacher explains the rules of the model and presents a puzzling or problem
situation.
Phase 2: Data gathering - verification
Phase 3: Data gathering – Experimentation
In
phase 2 and 3 students have to gather data for analysis, verification and
experimentation. The students are required to ask series of questions such that
the teacher can answer by only ‘yes’ or ‘no’. there are three distinct steps in
the data gathering process:
i.
Verifying the nature of objects,
conditions and properties and occurrence of event.
ii.
Isolating the irrelevant variables and
conditions through experimentation could be of two-type (a) verbal and (b)
manipulative.
iii.
Hypothesizing and testing causal
relationships through experimentation.
Phase
4: Formulation of an Explanation: in
this phase the students try to formulate an explanation on the basis of the
data gathered in Phase 2 and 3.
According to Suchman theory building
takes place at four levels:
a) Simple linear causation.
b)
Theories of properties.
c)
Analysis.
d) Application of a generalization.
Phase
5: Analysis of inquiry process: in this
phase the students analyze their patterns of thinking. They identify the
questions that were useful in analysing data and those that were irrelevant.
Terjemahannya:
Menurut Vanaja (2003: 40), sintaks untuk model
pelatihan inquiry (ITM): itu adalah rencana tindakan yang harus diikuti oleh
seorang guru ketika menggunakan ITM di kelas. Dibagi menjadi lima fase.
Fase 1: Bertemu dengan
masalah: Pada tahap ini guru menjelaskan aturan model dan menyajikan situasi
yang membingungkan atau bermasalah.
Fase 2: Pengumpulan data – verifikasi
Fase 3: Pengumpulan data – Eksperimen
Pada
fase 2 dan 3 siswa harus mengumpulkan data untuk analisis, verifikasi dan
eksperimen. Para siswa diminta untuk mengajukan serangkaian pertanyaan sedemikian
rupa sehingga guru dapat menjawab hanya dengan 'ya' atau 'tidak'. ada tiga
langkah berbeda dalam proses pengumpulan data:
i.
Memverifikasi sifat benda, kondisi dan sifat
dan kejadian kejadian.
ii.
Mengisolasi variabel dan kondisi yang tidak
relevan melalui eksperimen dapat berupa dua tipe (a) verbal dan (b)
manipulatif.
iii.
Hipotesis dan pengujian hubungan kausal melalui
eksperimen.
Fase 4: Perumusan Penjelasan:
dalam fase ini para siswa mencoba untuk merumuskan penjelasan berdasarkan data
yang dikumpulkan pada Tahap 2 dan 3.
Menurut teori Suchman,
bangunan berlangsung di empat tingkat:
a)
Penyebab linier sederhana.
b)
Teori-teori properti.
c)
Analisis.
d)
Penerapan generalisasi.
Fase 5: Analisis proses
inkuiri: dalam fase ini para siswa menganalisis pola pikir mereka. Mereka
mengidentifikasi pertanyaan yang berguna dalam menganalisis data yang tidak
relevan.
·
Sistem Social
Iklim yang kooperatif dan teliti diperlukan. Karena siswa
dipersilahkan masuk kedlam komunitas pencari yang menggunakan teknik-teknik
ilmu pengetahuan terbaik., iklim tersebut mencakup tingkat keberanian dan
kesederhanaan tertentu. Para siswa mampu
membuat hipotesis secara teliti, menantang bukti, mengkritis rancangan
penelitian, dan sebagainya. Selain menerima perlunya untuk teliti,, para siswa
juga harus mengenal sifat yang sementara dan tiba-tiba dari pengetahuan mereka
sendiri serta bidang ilmu pengetahuan tersebut, dan dalam melakukannya juga
mengembangkan kesederhanaan tertentu menyangjut pendekatan mereka ke mata
pelajaran ilmiah yang dikembangkan
dengan baik (Joyce et al., 2015:151-152).
According to Vanaja
(2003: 41), This model is based on the assumption that team approach is better
than individual approach. The social system here is cooperation. The teacher
and students participate as equals where ideas are concerned. Teacher acts as a
facilitator to conduct the students in their pursuit of an explanation to the
discrepant event.
a)
Teacher’s Role: The teacher
performs a large number of roles in this model. He selects the problem situation,
acts as a referee in the inquiry, responds to the students queries, probes with
necessary information, helps beginners to focus on inquiry process, facilitates
discussion of the problem situation among students, acts as a recorder, keeps
track of inquiryby recording theories and types of questions on the black
board, and helps students to arrive at explanations.
b) Student’s Role: Students play an active role
in this model. They find out the discrepancy from the problem and try to
account for it. The collect data by asking pinpointed questions that can be
answered by a ‘yes’ or ‘no’. they logically arrange data gathered and try to
put forward suitable explanations. They finally suggest analogies and
generalize the theory.
c)
Classroom procedure: This
model emphasizes group activity. The students are given the freedom to interact
among themselves. They can arrange their places at their will. They can consult
the library, perform experiments or use any related books. The model requires
on open classroom climate where the teacher acts as an instructional manager
and monitor.
Terjemahannya:
Menurut Vanaja (2003: 41), Model ini didasarkan
pada asumsi bahwa pendekatan tim lebih baik daripada pendekatan individual.
Sistem sosial di sini adalah kerja sama. Guru dan siswa berpartisipasi sebagai
sederajat di mana ide-ide diperhatikan. Guru bertindak sebagai fasilitator
untuk memimpin siswa dalam mengejar penjelasan tentang kejadian yang tidak
sesuai.
a) Peran Guru: Guru melakukan
sejumlah besar peran dalam model ini. Dia memilih situasi masalah, bertindak
sebagai wasit dalam penyelidikan, menanggapi pertanyaan siswa, menggali dengan
informasi yang diperlukan, membantu pemula untuk fokus pada proses
penyelidikan, memfasilitasi diskusi tentang situasi masalah di kalangan siswa,
bertindak sebagai perekam, melacak menyelidiki teori pencatatan dan jenis
pertanyaan di papan tulis, dan membantu siswa untuk sampai pada penjelasan.
b)
Peran Siswa: Siswa memainkan peran aktif dalam
model ini. Mereka mencari tahu perbedaan dari masalah dan mencoba untuk
memperhitungkannya. Pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan berspekulasi
yang dapat dijawab oleh ‘ya’ atau ‘tidak’. mereka secara logis mengatur data
yang dikumpulkan dan mencoba untuk mengedepankan penjelasan yang sesuai. Mereka
akhirnya menyarankan analogi dan generalisasi teori.
c)
Prosedur kelas: Model ini menekankan aktivitas
kelompok. Para siswa diberikan kebebasan untuk berinteraksi di antara mereka
sendiri. Mereka dapat mengatur tempat mereka sesuai keinginan mereka. Mereka dapat
berkonsultasi dengan perpustakaan, melakukan eksperimen atau menggunakan
buku-buku terkait. Model ini membutuhkan iklim kelas terbuka di mana guru
bertindak sebagai manajer instruksional dan memantau.
·
Prinsip-prinsip Reaksi
Tugas
guru adalah mengasuh penelitian dengan menekankan proses penelitian dan
memengaruhi siswa untuk bercermin padanya. Guru perlu berhati-hati sehingga
identifikasi fakta-fakta tidak menjadi isu sentral dan sebaiknya mendorong
tingkat ketelitian yang baik dalam penelitian. Guru sebaiknya mengarahkan siswa
menuju pembentukan hipotesis, interpretasi data, dan perkembangan kontsturk,
yang dipandang sebagai cara menginterpretasikan relita secara cepat (Joyce et
al., 2015:151-152).
According to Vanaja (2003: 40-41),
In this model the most important reactions of the teacher takes place during
the second and third phases. In the second phase, the task of the teacher is to
help the students to inquire but not to do the inquiry for them. Many a time
students may ask questions that cannot be answered with a ‘yes or ‘no’. in such
situations, the teacher must ask the students to rephrase their questions so
that their attempt to collect data progresses smoothly. The teacher can if
necessary keep the ball of inquiry rolling by making new information available
to the group and focus on a particular problem even by raising questions.
Terjemahannya:
Menurut Vanaja (2003: 40-41), Dalam model ini
reaksi yang paling penting dari guru terjadi selama fase kedua dan ketiga. Pada
tahap kedua, tugas guru adalah membantu siswa untuk bertanya tetapi tidak
melakukan penyelidikan untuk mereka. Banyak waktu siswa dapat mengajukan
pertanyaan yang tidak dapat dijawab dengan 'ya atau' tidak '. dalam situasi
seperti itu, guru harus meminta siswa untuk mengulang kembali pertanyaan mereka
sehingga upaya mereka untuk mengumpulkan data berjalan dengan lancar. Guru
dapat jika perlu menjaga bola penyelidikan bergulir dengan membuat informasi
baru tersedia untuk kelompok dan fokus pada masalah tertentu bahkan dengan
mengajukan pertanyaan.
·
Sistem Pendukung
Instruktur yang terampil dan
fleksibel dalam poses penelitian adalah suatu keharusan.Pelajaran dapat
disajikan dalam jarak jauh, tetapi akses
yang mudah didapat untuk seorang instruktur adalah penting struktur campuran
dengan pengajaran yang kuat di sekolah adalah kemungkinan yang baik (Joyce et
al., 2015:151-152).
According to Vanaja (2003: 41), The main requirements of
this model are a set of discrepant events, teacher’s knowledge about the inquiry
process and resource material related to problem.
Terjemahannya:
Menurut Vanaja (2003: 41),
Persyaratan utama dari model ini adalah serangkaian kejadian yang tidak sesuai,
pengetahuan guru tentang proses penyelidikan dan materi sumber yang terkait
dengan masalah.
2.1.6
Keunggulan dan Kelemahan Model Pembelajaran Inquiry
A.
Keunggulan Model Pemelajaran Inquiry
Menurut Sanjaya (2006: 206) dalam Setiasih
(2016: 424), Beberapa kelebihan dari model pembelajaran inkuiri, yaitu:
·
Menekankan pada pengembangan aspek kognitif,
afektif, dan psikomotor secara seimbang, sehingga pembelajaran lebih bermakna.
·
Memberikan ruang kepada siswa untuk belajar
sesuai dengan gaya belajar mereka.
·
Dianggap sebagai model yang sesuai dengan
perkembangan psikologi modern.
·
Dapat melayani kebutuhan siswa yang memiliki
kemampuan diatas rata-rata.
Menurut Roestiyah (2012) dalam Setiasih (2016:
424), Model pembelajaran inkuiri memiliki beberapa kelebihan yaitu:
·
Dapat
membantu siswa dalam menggunakan ingatan yang sudah ada untuk dikaitkan dengan
konsep yang akan dibahas
·
Mendorong
siswa untuk berpikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri,
·
Memberi
kebebasan pada siswa dalam belajar
·
Mendorong
siswa untuk dapat berpikir dan memecahkan masalah atas masalah yang sedang
dihadapinya.
Menurut
Mediawati ( 2014 :8), Model pembelajaran inkuiri memiliki kelebihan yaitu:
a) Siswa dapat berpartisipasi aktif dalam pembelajaran yang
disajikan
b) Menumbuhkan sekaligus menanamkan sikap inkuiri
c) Mendukung kemampuan problem
solving siswa
d) Memberikan wahana interaksi antar siswa, maupun guru
dengan siswa. Dengan demikian siswa terlatih untuk enggunakan bahasa indonesia
dengan baik dan benar
e) Materi yang dipelajari akan mencapai tingkat kemampuan
yang lebih lama membekas dalam ingatan karena sisiwa dilibatkan dalam proses
menemukannya.
Hal ini terbukti setelah melalui proses
pembelajaran inkuiri terbimbing kemampuan pemecahan masalah secara matematis
siswa meningkat. Lebih baik dibandingkan dengan siswa yang belajar menggunakan
pembelajaran Konvensioanal, Interaksi antar siswa sangat baik, pembelajaran
seperti ini dapat menumbuhkan dan mengembangkan kemampuan mengemukakan
pendapat.
B.
Kelemahan Model Pemelajaran Inquiry
Menurut
Mariyaningsih et al. (2018:64), Pembelajaran inkuiri memiliki kelemahan sebagai
berikut:
1) Memerlukan
waktu yang relatif lebih panjang
2) Diperlukan
usaha ekstra keras dari guru untuk mengubah kebiasaan belajar siswa yang lebih
banyak mengandalkan informasi dari guru
3) Kadang
sulit dalam menentukan indicator keberhasilan pembelajaran
4) Sistem
pendidikan di Indonesia yang dominan menyatakan kriteria keberhasilan belajar
adalah menguasa materi, maka strategi ini akan mengalami tantangan dalam
pengimplementasiannya.
2.2 Kajian
Kritis
Model pembelajaran
inquiry merupakan model pembelajaran yang sangat efektif karena model
pembelajaran inquiry merupakan model pembelajaran yang penyajiannya memberikan
kesempatan kepada siswa untuk menemukan informasi dengan atau tanpa bantuan
guru. Dimana guru hanya berperan sebagai motivator, fasilitator, penanya,
administrator dan pengarah yang memimpin kegiatan siswa untuk mencapai tujuan
yang diharapkan.
Dalam pelaksanaannya model pembelajaran inquiry
ini harus memperhatikan prinsip-prinsip berikut diantaranya: berorientasi pada
pengembangan intelektual, prinsip interaksi, prinsip bertanya, prinsip belajar
untuk berpikir, dan prinsip keterbukaan. Sedangkan langkah-langkah dari model
pembelajaran inquiry ini yaitu yang pertama orientasi, merumuskan masalah,
merumuskan hipotesis, mengumpulkan data , menguji hipotesis dan yang terakhir
yaitu merumuskan kesimpulan. Model pembelajaran inquiry terdiri atas beberapa
unsur yaitu sintaks, sintaks ini terdiri dari beberapa fase: mulai dari
bertemu dengan masalah hingga analisis proses inquiry; system social, Sistem sosial di sini adalah kerja sama;
prinsip reaksi; dan system pendukung.
Beberapa kelebihan dari model pembelajaran inkuiri, yaitu:
·
Menekankan pada pengembangan aspek kognitif,
afektif, dan psikomotor secara seimbang, sehingga pembelajaran lebih bermakna.
·
Memberikan ruang kepada siswa untuk belajar
sesuai dengan gaya belajar mereka.
·
Dianggap sebagai model yang sesuai dengan
perkembangan psikologi modern.
·
Dapat melayani kebutuhan siswa yang memiliki
kemampuan diatas rata-rata.
Kelemahan pembelajaran inkuiri sebagai berikut:
1) Memerlukan
waktu yang relatif lebih panjang
2) Diperlukan
usaha ekstra keras dari guru untuk mengubah kebiasaan belajar siswa yang lebih
banyak mengandal informasi dari guru
3) Kadang
sulit dalam menentukan indicator keberhasilan pembelajaran
4) Sistem
pendidikan di Indonesia yang dominana yang menyatakan kriteria keberhasilan
belajar adalah menguasa materi, maka strategi ini akan mengalami tantangan
dalam pengimplementasiannya.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Inquiry
yang dalam bahasa inggris, inquiry,
berarti pertanyaan, pemeriksaan, penyelidikan. Model inkuiri merupakan model
pembelajaran yang penyajiannya memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menemukan informasi dengan atau tanpa bantuan guru. Model pembeljaran inquiry
memiliki tingkatan berdasarkan kompleksitas dalam penerapannya, pengelompokan
tersebut yaitu inkuiri terstruktur (structured inquiry), inkuiri
terbimbing (guided inquiry), inkuiri terbuka (open inquiry), dan siklus belajar
(learning cycle).Instruksi
ilmu inquiry dapat dicirikan memiliki tiga aspek:
1.
Keberadaan konten sains,
2.
Keterlibatan siswa dengan konten sains, dan
3.
Tanggung jawab siswa untuk belajar, pemikiran
aktif siswa, atau motivasi siswa dalam setidaknya satu komponen pertanyaan
instruksi, desain, data, kesimpulan, atau komunikasi.
Tujuan utama model inquiry adalah menolong
siswa untuk dapat mengembangkan disiplin intelektual dan keterampilan berpikir
dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan dan mendapatkan jawaban atas dasar rasa
ingin tahu mereka. Model inquiry merupakan bentuk pembelajaran yang beorientasi
kepada siswa (student centered approach),
sebab siswa memegang peran yang sangat dominan dalam proses pembelajaran. Manfaat
model pembelajaran inquiry bagi anak dalam proses belajar antara lain sebagai
berikut:
a.
Membantu dan mengembangkan konsep pada diri
anak, sehingga anak dapat mengerti tentang konsep dasar dan ide-ide lebih baik.
b.
Membantu dan menggunakan ingatan dan transfer
pada situasi proses belajar yang baru.
c.
Membantu anak untuk berfikir dan bekerja atas
inisiatifnya sendiri, bersikap objektif, jujur dan terbuka.
d.
Memberi kepuasan yang bersifat intrinsik.
e.
Memberi stimulasi/rangsangan terhadap proses
belajar anak lebih baik.
f.
Dapat mengembangkan bakat dan kecakapan
individu.
g.
Memberi kebebasan anak untuk belajar
sendiri.
Beberapa kelebihan dari model pembelajaran inkuiri, yaitu:
·
Menekankan pada pengembangan aspek kognitif,
afektif, dan psikomotor secara seimbang, sehingga pembelajaran lebih bermakna.
·
Memberikan ruang kepada siswa untuk belajar
sesuai dengan gaya belajar mereka.
·
Dianggap sebagai model yang sesuai dengan
perkembangan psikologi modern.
·
Dapat melayani kebutuhan siswa yang memiliki
kemampuan diatas rata-rata.
Kelemahan pembelajaran inkuiri sebagai berikut:
·
Memerlukan waktu yang relatif lebih panjang
·
Diperlukan usaha ekstra keras dari guru untuk
mengubah kebiasaan belajar siswa yang lebih banyak mengandal informasi dari
guru
·
Kadang sulit dalam menentukan indicator
keberhasilan pembelajaran
·
Sistem pendidikan di Indonesia yang dominana
yang menyatakan kriteria keberhasilan belajar adalah menguasa materi, maka
strategi ini akan mengalami tantangan dalam pengimplementasiannya.
3.2 Saran
Sabagai seorang guru
dan calon guru di masa yang akan datang, sebaiknya jadilah guru yang pandai
dalam memilih model pembelajaran yang sesuai dengan materi yang akan diajarkan
kepada siswanya agar apa yang di sampaikan dapat diterima dengan baik. Karena
tidak semua model pembelajaran efisien digunakan pada materi pembelajaran apa
saja.
DAFTAR PUSTAKA
Anderson, R. D. 2002. Reforming
Science Teaching: What Research says about Inquiry. Journal of Science
Teacher Education vol 13(1): 1-12.
Arisa, Y., dan P. Simamora. 2014. Pengaruh Model Pembelajaran
Inquiry Training Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Pokok Fluida Statis. Jurnal
Inpafi vol 2(4): 54-60
Cahyani E.D,2016.Pembelajaran matematika berbasis masalah
dengan strategi inkuiri terbimbing dan inkuiri bebas termodifikasi ditinjau
dari kemampuan siswa dari mts.Vol.28.No.2.ISSN : 0852-0976.
Chodijah, S., A. Fauzi., dan R. Wulan. 2014. Pengaruh
Perangkat Pembelajaran Fisika Menggunakan Model Guided Inquiry yang dilengkapi
Penilaian Portofolio pada Materi Gerakan Melingkar..ISSN:2252-3014.
Handriani L.S,dkk. 2015. pengaruh model pembelajaran inkuiri
terstruktur dengan pendekatan saintifik terhadap kemampuan berpikir kritis dan
hasil belajar fisika siswa.Vol.1No.3.ISSN:2407-6902.
Hermawan dan Sondang, S. 2013. Perbedaan Hasil Belajar Menggunakan
Model Guided Discovery Dengan
Model Inquiry Pada Pelajaran Memahami Sifat Dasar Sinyal Audio Di Smk N
2 Surabaya.Jurnal Pendidikan Teknik ElektroVol 1 (1):
Hermawan eriyan,dkk.2013. perbedaan
hasil pelajaran menggunakan model GUIDED DISCOVERY dengan model INQUIRY pada
pelajaran memahami sifat dasar sinyal audio di SMK N 2 SURABAYA.Vol.1.No.1.
Hutahaean, R., et al. 2017. The Effect of Scientific Inquiry Learning Model Using Macromedia Flash on Student’s
Concept Understanding and Science Process
Skills in Senior High School.IOSR Journal of Research
& Method in Education
(IOSR-JRME).Volume 7. Issue 4. ISSN: 2320– 737X.
Joyce Bruce, dkk. 2016. Models
of Teaching. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Lahadisi.
2014. Inkuiri:
Sebuah Strategi Menuju Pembelajaran Bermakna. Jurnal Al-Ta’dib Vol. 7 No. 2.
Lefudin, 2017. Belajar dan
Pembelajaran di Lengkapi dengan Model Pembelajaran, Strategi Pembelajaran,
Pendekatan Pembelajaran, dan Metode Pembelajaran. Cetakan Kedua.
Yogyakarta: Deepublish.
Majid,
Abdul. 2016. Strategi Pembelajaran.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Mariyaningsih,
N., dan M. Hidayati. 2018. Teori dan Praktik Berbagai Model dan Metode
Pembelajaran Menerapkan Inovasi Pembelajaran di Kelas-kelas Inspiratif. Cetakan
Pertama. Surakarta: Kekata Group.
Maulana, et al. 2015. Ragam
Model Pembelajaran di Sekolah Dasar. Cetakan Peertama. Sumedang: UPI Sumedang
Press.
Mediawati yenny,2014. pengaruh pendekatan pembelajaran inkuiri
terbimbing terhadap peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa
SMP. Vol.1.No.2.ISSN:2356-3915.
Minner, D. D., A. J. Levy., dan J. Century.
2010. Inquiry-Based Science Instruction—What Is It and Does It Matter?. Journal
of Research in Science Teaching vol 47(4): 474–496.
Nurjannah Nunung,dkk. 2017. Penerapan model pembelajaran INQUIRY BASED
LEARNING dalam meningkatkan kemampuan berhitung dan operasi bilangan anak usia
dini. Vol.2No.3.
Purwasih ratai,dkk. 2015.peningkatan kemampuan pemahaman matematika
dan SELF CONFIDENCE siswa MTS Di kota Cemahi melalui model pembelajaran inkuiri
terbimbing.Vol.9.No.1.ISSN:1978-5089.
Santoso Budi Bimo. dkk, 2017.
Pengaruh
model pembelajaran inkuiri terbimbing terhadap hasil belajar kognitif peserta
didik di SMA Negeri 01 Manokwari (studi pada pokok bahasan kelarutan dan hasil
kali kelarutan).vol.5.No.1.ISSN : 2339-07449.
Setiasih Della S,dkk.2016.Penggunaan model inkuiri untuk meningkatkan
hasil belajar siswa pada materi sifat-sifat magnet dikelas V SDN Sukajaya
kecamatan jatinunggal Kabupaten Sumedang.Vol.1.No.1.
Simatupang sehat, dkk. 2015. Pengaruh model pembelajaran inkuiri
terhadap hasil pelajar
siswa pada materi pokok listrik dinamis di kelas x semester II SMA NEGERI 8 medan T.P. 2013/2014. Vol.
1.no.1.ISSN:2461-1247
Sukimarwati juli,dkk.2013.pembelajaran biologi dengan GUIDED INQUIRY
Model menggunakan lks terbimbing dan lks bebas termodifikasi ditinjau dari
kretivitas dan motivasi berprestasi siswa.Vol.2.No.2.ISSN:2252-7893.
Usdalifah sri,dkk. 2016.Pengaruh model pembelajaran inkuiri terhadap
kemampuanberpikir kritis dan keterampilan proses siswa pada mata pelajaran
biologikelas VII SMP NEGERI 19 PALU.Volume.5.Nomor.3.ISSN : 2089-8630
Vanaja,
M. 2003. Inquiry Training Model. New Delhi: Discovery Publishing House.
Zaini,
H., B. Munthe., dan S. A. Aryani. 2008. Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta:
Pustaka Insan Madani.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar