Selasa, 27 November 2018

Media Pembelajaran Fisika: Memanfaatkan Lingkungan dan Masyarakat sebagai Media dalam Pembelajaran Fisika


MEMANFAATKAN LINGKUNGAN DAN MASYARAKAT SEBAGAI MEDIA DALAM PEMBELAJARAN FISIKA


Menurut Riyana (2012: 11) Kata “media” berasal dari kata latin, merupaka bentuk jamak dari kata “medium”. Secara harfiah kata tersebut mempunyai arti perantara atau pengantar. Pada awal sejarah pembelajaran, media hanyalah merupakan alat bantu yang dipergunakan oleh seorang guru untuk menerangkan pelajaran. Alat bantu yang mula-mula digunakan adalah alat bantu visual, yaitu berupa sarana yang dapat memberikan pengalaman visual kepada siswa, antara lain untuk mendorong motivasi belajar , memperjelas dan mempermudahkan konsep yang abstrak, dan mempertinggi daya serap atau retensi belajar. Kemudian dengan berkembangnya teknologi, khususnya teknologi audio, pada pertengahan abad ke-20 lahirlah alat bantu audio visual yang terutama menggunakan pengalaman yang konkrit  untuk menghindari verbalisme.  

Menurut Sudjana (2010: 212-214) dalam Widyastanti (2014: 3) dari semua lingkungan masyarakat yang dapat digunakan dalam proses pendidikan dan pengajaran secara umum dapat dikategorikan menjadi tiga macam lingkungan belajar, yaitu : (1) lingkungan sosial, (2) lingkungan alam, serta (3) lingkungan buatan. Menurut Sudjana (2010:208-209), pemanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar mempunyai banyak keuntungan. Keuntungan-keuntungan tersebut meliputi : (1) kegiatan belajar lebih menarik dan tidak membosankan, (2) hakikat belajar akan lebih bermakna, (3) bahan-bahan yang dapat dipelajari lebih kaya serta lebih faktual, (4) kegiatan belajar siswa lebih komperehensif dan lebih aktif, (5) sumber belajar menjadi lebih kaya, dan (6) siswa dapat memahami dan menghayati aspek-aspek kehidupan yang ada di lingkungannya. 

Lingkungan masyarakat yang dapat dimanfaatkan dalam proses pendidikan dan pengajaran secara umum dapat dibedakan menjadi tiga jenis lingkungan belajar, yaitu sebagai berikut:

1.      Lingkungan Sosial
Lingkungan social sebagai sumber belajar ini berkenaan dengan interaksi manusia dengan kehidupan bermasyarakat. Seperti organisasi social, adat dan kebiasaan, mata pencahaarian, kebudayaan, pendidikan, kependudukan, struktur pemerintahan, agama, dan system nilai. Lingkungan social ini biasanya digunakan untuk mempelajari ilmu-ilmu social dan kemanusiaan.
Dan dalam praktek pengajaran yang memanfaatkan lingkungan social sebagai media dan sumber belajar hendaknya dimulai dari lingkungan yang dekat dahulu. Seperti keluarga, tetangga, RT, RW, kampung, desa, kecamatan, dan seterusnya.kemudian, pengajaran tersebut harus disesuaikan dengan kurikulum yang berlaku dan tingkat perkembangan anak didik. Misalnya dalam materi pelajaran zakat, siswa diberi tugas untuk mengumpulkan zakat di masjid sekitar rumah secara berkelompok, lalu mendata warga yang berhak mendapatkan zakat, setelah itu siswa membagikan zakat tersebut kepada orang – orang yang berhak.
Melalui kegiatan belajar yang seperti itu, siswa lebih aktif dan lebih produktif, karena mereka mengarahkan usahanya untuk memperoleh informasi dan pengalaman yang sebanyak banyaknya dari sumber-sumber yang nyata dan factual.

2.      Lingkungan Alam
Lingkungan alam ini berkaitan dengan segala sesuatu yang sifatnya alamiah, seperti keadaan geografis, iklim, suhu udara, musim, curah hujan, flora, fauna, dan sumber daya alam. Lingkungan alam tepat digunakan untuk bidang studi ilmu pengetahuan alam.
Aspek-aspek lingkungan alam ini dapat dipelajari secara langsung oleh para siswa dengan mudah, melalui pengamatan dan pencatatan secara pasti. Karena mengingat sifat-sifat dari gejala alam relative tetap tidak seperti dalam lingkungan social. Misalnya dalam mengamati perubahan-perubahan yang terjadi di dalam proses pertumbuhan makhluk. Gejala lain yang dapat dipelajari adalah kerusakan-kerusakan lingkungan alam termasuk factor penyebabnya seperti erosi, penggundulan hutan, pencemaran air, tanah, udara, dan sebagainya.
Dengan mempelajari lingkungan alam, diharapkan para siswa dapat lebih memahami materi pelajaran di sekolah serta dapat menumbuhkan cinta alam, kesadaran untuk menjaga dan memelihara lingkungan, turut serta dalam menanggulangi kerusakan dan pencemaran lingkungan serta tetap menjaga kelestarian kemampuan sumber daya alam bagi kehidupan manusia.

3.      Lingkungan Buatan
Selain lingkungan sosial dan lingkunga alam yang sifatnya alami, ada juga yang disebut lingkungan buatan,yaitu lingkungan yang sengaja diciptakan atau dibuat oleh manusia untuk tujuan-tujuan tertentu yang bermanfaat bagi kehidupan manusia.
Lingkungan buatan ini terdiri dari irigasi atau pengairan, bendungan, pertamanan, kebun binatang, perkebunan, penghijauan, dan pembangkit tenaga listrik. Siswa dapat mempelajari lingkungan buatan dari berbagai aspek, seperti prosesnya, pemanfaatannya, fungsinya, pemeliharaannya, daya dukungnya, serta aspek lain yang berkenaan dengan pembangunan dan kepentingan manusia dan masyarakat pada umumnya. Lingkungan buatan ini dapat dikaitkan dengan berbagai pelajaran yang diberikan di sekolah.
Dari ketiga lingkungan belajar di atas, dapat dimanfaatkan oleh sekolah dalam proses belajar-mengajar melalui perencanaan yang saksama oleh para guru bidang studi baik secara individu maupun kelompok. Penggunaan lingkungan belajar dapat dilakukan pada pada jan pelajaran maupun di luar jam pelajaran seperti pemberian tugas. Dengan demikian, fungsi dari lingkungan adalah untuk memperkaya materi pengajaran, memperjelas prinsip, dan konsep yang dipelajari dalam bidang studi dan dapat dijadikan sebagai laboratorium belajar para siswa.

Prinsip-Prinsip Pembelajaran Berbasis Alam
Menurut Barus (2015: 43-44) Proses pembelajaran berbasis alam perlu memperhatikan prinsip yang mendasarinya. Prinsip-prinsip yang dimaksud diantaranya adalah:

1.      Berpusat pada perkembangan anak. Keberhasilan pendidikan dapat diukur pada sejauh mana pendidikan berhasil mengidentifikasi, mengembangkan, dan mengoptimalkan potensi setiap anak sesuai dengan karakteristik perkembangannya. Oleh karena itu, keberhasilan proses pembelajaran berbasis alam terletak pada peningkatan optimalisasi seluruh potensi perkembangan anak dengan menjadi lingkungan alam sebagai sumber belajar yang utama.

2.      Membangun kemandirian anak. Proses pembelajaran yang berbasis alam diharapkan dapat membangundan mengembangkan kemampuan menolong diri sendiri (kemandirian), kedisiplinan dan sosialisasi agar terbentuk karakter kemandirian yang kuat. Dalam pembelajaran yang berbasis alam, anak akan terbiasa dihadapkan pada sejumlah persoalan kehidupan secara factual. Anak dapat berusaha memecahkan persoalan tersebut, baik secara individual maupun kerja sama dengan teman-temannya.

3.      Belajar dari lingkungan alam sekitar. Proses pembelajaran berbasis alam akan memaksimalkan pemanfaatan kekayaan alam yang ad, sebagai sumber ilmu pegetahuan, sehingga memiliki ketajaman berpikir dan wawasan keilmuan yang aplikatiif.

4.      Belajar dan bermain dari lingkungan sekitar. Melalui bermain, memungkinkan anak untuk terlibat dalam lingkungannya, melalui konflik internal maupun eksternal sehingga anak belajar melalui berbagai pengalaman dengan objek, orang, kegiatan yang ada disekitarnya. Pembelajaran yang dialami anak akan menjadi lebih manarik, menyenangkan (fun learning), bermakna dan tidak membosankan.

5.      Memanfaatkan sumber belajar yang mudah dan murah. Dengan memanfaatkan lingkungan sekitar, anak dapat mempelajari banyak hal dari lingkungan terdekatnya (lingkungan alam, lingkungan fisik, lingkungan social, kultur budaya, dll) sehingga sumber belajar tidak harus dirancang dengan mengeluarkan biaya yang mahal.

6.      Pembelajaran menggunakan pendekatan tematik. Pembelajaran tema adalah salah satu pendekatan pembelajaran yang didasarkan atas ide-ide pokok/sentral tentang anak dan lingkungannya. Melalui pembelajaran tema dapat memberikan pengalaman langsung tentang objek yang riil bagi anak untuk menilai dan memanipulasinya, menumbuhkan cara berpikir yang kompehensif.

7.      Membangun kebiasaan berpikir ilmiah sejak usia dini. Berpikir ilmiah yang dimaksud pada prinsip ini adalah memperkenalkan dan membiasakan anak untuk menemukan berbagai permasalahan yang ada dilingkungannya dan berpikir untuk menemukan cara untuk memecahkannya. Kegiatan berpikir seperti ini dapat dilakukan melalui eksplorasi berbagai hal yang terjadi/ada dari lingkungan, dari hal yang mudah/sederhana kearah yang lebih kompleks/sukar.

8.      Pembelajaran inspiratif, menarik kreatif, dan inovatif. Anak adalah subjek dalam pembelajran perlu disiapkan untuk membangun rasa ingin tahuu anak, memotivasi anak untuk berpikir kritis dan menemukan hal-hal yang baru.

9.      Memberikan ruang bagi anak untuk belajar secara aktif (active learning). Dengan belajar dari sumber lingkungan sekitar dan lingkungan lain yang mendukung akan mendorong anak untuk menunjukkan aktivitas belajarnya. Anak akan berusaha mengamati, mencari, dan menemukan berbagai pengetahuan dan konsep yang penting berkaitan dengan berbagai bidang perkembangan.

Ada beberapa cara untuk mempelajari lingkungan sebagai sumber belajar menurut Sudjana (2010: 209-211) dalam Widyastanti (2014: 3), yaitu : (1) melakukan survei, (2) kemping atau berkemah, (3) karyawisata atau fieldtrip, (4) praktik lapangan, dan (5) mengundang manusia sumber atau narasumber ke sekolah, serta (6) melalui proyek pelayanan dan pengabdian pada masyarakat. Menggunakan lingkungan sebagai media dan sumber belajar dalam proses pengajaran

 Menurut Sudjana (2010: 214-217) dalam Widyastanti (2014: 3) memerlukan persiapan dan perencanaan yang seksama, yakni : (1) langkah persiapan yang berisi  prosedur yang harus ditempuh antara lain : (a) guru dan siswa menentukan tujuan belajar, (b) mentukan objek yang harus dipelajari dan dikunjungi, (c) menentukan cara belajar siswa pada saat kunjungan dilakukan, (d) guru dan siswa mempersiapkan perijinan jika diperlukan, serta (e) persiapan teknis yang diperlukan untuk kegiatan belajar, (2) langkah pelaksanaan melakukan kegiatan belajar ditempat tujuan sesuai dengan rencana yang telah dipersiapkan, dan (3) tindak lanjut untuk membahas dan mendiskusikan hasil belajar dari lingkungan.

Menurut Preliana (2015: 8) Alat   Peraga   adalah   alat   bantu   untuk   mendidik   atau mengajar supaya apa yang diajarkan mudah dimengerti anak didik.  Dari  pengertian  diatas  dapat  disimpulkan  bahwa alat   peraga   yaitu   suatu   piranti   atau   alat   bantu   yang digunakan  oleh  guru  untuk  mendidik  dan  menyampaikan materi  pelajaran  baik  berupa  benda  atau  perilaku  sehingga memudahkan siswa untuk memahaminya. Alat peraga dapat digunakan  sebagai  media  pembelajaran  serta  menyalurkan pesan   yang   dapat   merangsang   pikiran,   perasaan,   dan kemauan siswa sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar pada diri siswa. 

Menurut  Soelarko dalam Preliana (2015: 8) alat  peraga  adalah  tiap-tiap benda yang   dapat   menjelaskan   suatu   ide,   prinsip,   gejala   atau hukum  alam.  Soelarko  juga  menjelaskan  bahwa  fungsi  alat peraga  adalah  memvisualisasikan  sesuatu  yang  tidak  dapat dilihat  atau  sukar  dilihat  hingga  nampak  jelas  dan  dapat menimbulkan    pengertian    atau    meningkatkan    persepsi seseorang. Kesimpulannya  bahwa  alat  peraga  berbasis  lingkungan adalah  alat  peraga  yang  terbuat  dari  alat  dan  bahan  dari barang-barang   bekas   atau   yang   sederhana,   murah,   dan mudah   didapatkan   di   lingkungan   sekitar   yang   dapat dijadikan peraga pembelajaran




DAFTAR PUSTAKA
Barus, Ulian dan Suratno. 2015. Pemanfaatan Candi Sebagai  Media Pembelajaran Alam Terbuka Dalam Proses Belajar Mengajar. Medan: Perdana Mitra Handalan
Preliana, Eliska. 2015. Pengembangan Alat Peraga Sains Fisika Berbasis  Lingkungan untuk Materi Listrik Statis pada Siswa Kelas IX SMP Negeri 3 Pleret. Vol. 2. No.1
Riyana, Cepi. 2012. Media Pembelajaran. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama RI
Widyastanti, Marttadianna Yenninura. 2014. Pemanfaatan Media Lingkungan Sekitar  Sebagai Media Pembelajaran  Untuk Meningkatkan Keterampilan Menulis Deskripsi  Siswa Kelas V Sdn Mojokumpul 1 Mojokerto. JPGSD. Vol. 02 No. 03

Tidak ada komentar:

Posting Komentar