MEMANFAATKAN
LINGKUNGAN DAN MASYARAKAT SEBAGAI MEDIA DALAM PEMBELAJARAN FISIKA
Menurut
Riyana (2012: 11) Kata “media” berasal dari kata latin, merupaka bentuk jamak
dari kata “medium”. Secara harfiah kata tersebut mempunyai arti perantara atau
pengantar. Pada awal sejarah pembelajaran, media hanyalah merupakan alat bantu
yang dipergunakan oleh seorang guru untuk menerangkan pelajaran. Alat bantu yang
mula-mula digunakan adalah alat bantu visual, yaitu berupa sarana yang dapat
memberikan pengalaman visual kepada siswa, antara lain untuk mendorong motivasi
belajar , memperjelas dan mempermudahkan konsep yang abstrak, dan mempertinggi
daya serap atau retensi belajar. Kemudian dengan berkembangnya teknologi,
khususnya teknologi audio, pada pertengahan abad ke-20 lahirlah alat bantu
audio visual yang terutama menggunakan pengalaman yang konkrit untuk menghindari verbalisme.
Menurut
Sudjana (2010: 212-214) dalam Widyastanti (2014: 3) dari semua lingkungan
masyarakat yang dapat digunakan dalam proses pendidikan dan pengajaran secara
umum dapat dikategorikan menjadi tiga macam lingkungan belajar, yaitu : (1)
lingkungan sosial, (2) lingkungan alam, serta (3) lingkungan buatan. Menurut
Sudjana (2010:208-209), pemanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar
mempunyai banyak keuntungan. Keuntungan-keuntungan tersebut meliputi : (1)
kegiatan belajar lebih menarik dan tidak membosankan, (2) hakikat belajar akan
lebih bermakna, (3) bahan-bahan yang dapat dipelajari lebih kaya serta lebih
faktual, (4) kegiatan belajar siswa lebih komperehensif dan lebih aktif, (5)
sumber belajar menjadi lebih kaya, dan (6) siswa dapat memahami dan menghayati
aspek-aspek kehidupan yang ada di lingkungannya.
Lingkungan
masyarakat yang dapat dimanfaatkan dalam proses pendidikan dan pengajaran
secara umum dapat dibedakan menjadi tiga jenis lingkungan belajar, yaitu
sebagai berikut:
1. Lingkungan Sosial
Lingkungan
social sebagai sumber belajar ini berkenaan dengan interaksi manusia dengan
kehidupan bermasyarakat. Seperti organisasi social, adat dan kebiasaan, mata
pencahaarian, kebudayaan, pendidikan, kependudukan, struktur pemerintahan,
agama, dan system nilai. Lingkungan social ini biasanya digunakan untuk
mempelajari ilmu-ilmu social dan kemanusiaan.
Dan
dalam praktek pengajaran yang memanfaatkan lingkungan social sebagai media dan
sumber belajar hendaknya dimulai dari lingkungan yang dekat dahulu. Seperti
keluarga, tetangga, RT, RW, kampung, desa, kecamatan, dan seterusnya.kemudian,
pengajaran tersebut harus disesuaikan dengan kurikulum yang berlaku dan tingkat
perkembangan anak didik. Misalnya dalam materi pelajaran zakat, siswa diberi
tugas untuk mengumpulkan zakat di masjid sekitar rumah secara berkelompok, lalu
mendata warga yang berhak mendapatkan zakat, setelah itu siswa membagikan zakat
tersebut kepada orang – orang yang berhak.
Melalui
kegiatan belajar yang seperti itu, siswa lebih aktif dan lebih produktif,
karena mereka mengarahkan usahanya untuk memperoleh informasi dan pengalaman
yang sebanyak banyaknya dari sumber-sumber yang nyata dan factual.
2. Lingkungan Alam
Lingkungan
alam ini berkaitan dengan segala sesuatu yang sifatnya alamiah, seperti keadaan
geografis, iklim, suhu udara, musim, curah hujan, flora, fauna, dan sumber daya
alam. Lingkungan alam tepat digunakan untuk bidang studi ilmu pengetahuan alam.
Aspek-aspek
lingkungan alam ini dapat dipelajari secara langsung oleh para siswa dengan
mudah, melalui pengamatan dan pencatatan secara pasti. Karena mengingat
sifat-sifat dari gejala alam relative tetap tidak seperti dalam lingkungan
social. Misalnya dalam mengamati perubahan-perubahan yang terjadi di dalam
proses pertumbuhan makhluk. Gejala lain yang dapat dipelajari adalah
kerusakan-kerusakan lingkungan alam termasuk factor penyebabnya seperti erosi,
penggundulan hutan, pencemaran air, tanah, udara, dan sebagainya.
Dengan
mempelajari lingkungan alam, diharapkan para siswa dapat lebih memahami materi
pelajaran di sekolah serta dapat menumbuhkan cinta alam, kesadaran untuk
menjaga dan memelihara lingkungan, turut serta dalam menanggulangi kerusakan
dan pencemaran lingkungan serta tetap menjaga kelestarian kemampuan sumber daya
alam bagi kehidupan manusia.
3. Lingkungan Buatan
Selain
lingkungan sosial dan lingkunga alam yang sifatnya alami, ada juga yang disebut
lingkungan buatan,yaitu lingkungan yang sengaja diciptakan atau dibuat oleh
manusia untuk tujuan-tujuan tertentu yang bermanfaat bagi kehidupan manusia.
Lingkungan
buatan ini terdiri dari irigasi atau pengairan, bendungan, pertamanan, kebun
binatang, perkebunan, penghijauan, dan pembangkit tenaga listrik. Siswa dapat
mempelajari lingkungan buatan dari berbagai aspek, seperti prosesnya,
pemanfaatannya, fungsinya, pemeliharaannya, daya dukungnya, serta aspek lain
yang berkenaan dengan pembangunan dan kepentingan manusia dan masyarakat pada
umumnya. Lingkungan buatan ini dapat dikaitkan dengan berbagai pelajaran yang
diberikan di sekolah.
Dari
ketiga lingkungan belajar di atas, dapat dimanfaatkan oleh sekolah dalam proses
belajar-mengajar melalui perencanaan yang saksama oleh para guru bidang studi
baik secara individu maupun kelompok. Penggunaan lingkungan belajar dapat
dilakukan pada pada jan pelajaran maupun di luar jam pelajaran seperti
pemberian tugas. Dengan demikian, fungsi dari lingkungan adalah untuk
memperkaya materi pengajaran, memperjelas prinsip, dan konsep yang dipelajari
dalam bidang studi dan dapat dijadikan sebagai laboratorium belajar para siswa.
Prinsip-Prinsip
Pembelajaran Berbasis Alam
Menurut
Barus (2015: 43-44) Proses pembelajaran berbasis alam perlu memperhatikan
prinsip yang mendasarinya. Prinsip-prinsip yang dimaksud diantaranya adalah:
1. Berpusat pada perkembangan anak.
Keberhasilan pendidikan dapat diukur pada sejauh mana pendidikan berhasil
mengidentifikasi, mengembangkan, dan mengoptimalkan potensi setiap anak sesuai
dengan karakteristik perkembangannya. Oleh karena itu, keberhasilan proses
pembelajaran berbasis alam terletak pada peningkatan optimalisasi seluruh
potensi perkembangan anak dengan menjadi lingkungan alam sebagai sumber belajar
yang utama.
2. Membangun kemandirian anak.
Proses pembelajaran yang berbasis alam diharapkan dapat membangundan
mengembangkan kemampuan menolong diri sendiri (kemandirian), kedisiplinan dan
sosialisasi agar terbentuk karakter kemandirian yang kuat. Dalam pembelajaran
yang berbasis alam, anak akan terbiasa dihadapkan pada sejumlah persoalan kehidupan
secara factual. Anak dapat berusaha memecahkan persoalan tersebut, baik secara
individual maupun kerja sama dengan teman-temannya.
3. Belajar dari lingkungan alam
sekitar. Proses pembelajaran berbasis alam akan
memaksimalkan pemanfaatan kekayaan alam yang ad, sebagai sumber ilmu
pegetahuan, sehingga memiliki ketajaman berpikir dan wawasan keilmuan yang
aplikatiif.
4. Belajar dan bermain dari lingkungan
sekitar. Melalui bermain, memungkinkan anak untuk terlibat
dalam lingkungannya, melalui konflik internal maupun eksternal sehingga anak
belajar melalui berbagai pengalaman dengan objek, orang, kegiatan yang ada
disekitarnya. Pembelajaran yang dialami anak akan menjadi lebih manarik,
menyenangkan (fun learning), bermakna dan tidak membosankan.
5. Memanfaatkan sumber belajar yang
mudah dan murah. Dengan memanfaatkan lingkungan
sekitar, anak dapat mempelajari banyak hal dari lingkungan terdekatnya
(lingkungan alam, lingkungan fisik, lingkungan social, kultur budaya, dll)
sehingga sumber belajar tidak harus dirancang dengan mengeluarkan biaya yang
mahal.
6. Pembelajaran menggunakan pendekatan
tematik. Pembelajaran tema adalah salah satu pendekatan
pembelajaran yang didasarkan atas ide-ide pokok/sentral tentang anak dan
lingkungannya. Melalui pembelajaran tema dapat memberikan pengalaman langsung
tentang objek yang riil bagi anak untuk menilai dan memanipulasinya,
menumbuhkan cara berpikir yang kompehensif.
7. Membangun kebiasaan berpikir ilmiah
sejak usia dini. Berpikir ilmiah yang dimaksud pada
prinsip ini adalah memperkenalkan dan membiasakan anak untuk menemukan berbagai
permasalahan yang ada dilingkungannya dan berpikir untuk menemukan cara untuk
memecahkannya. Kegiatan berpikir seperti ini dapat dilakukan melalui eksplorasi
berbagai hal yang terjadi/ada dari lingkungan, dari hal yang mudah/sederhana
kearah yang lebih kompleks/sukar.
8. Pembelajaran inspiratif, menarik
kreatif, dan inovatif. Anak adalah subjek dalam pembelajran
perlu disiapkan untuk membangun rasa ingin tahuu anak, memotivasi anak untuk
berpikir kritis dan menemukan hal-hal yang baru.
9. Memberikan ruang bagi anak untuk
belajar secara aktif (active learning). Dengan belajar dari
sumber lingkungan sekitar dan lingkungan lain yang mendukung akan mendorong
anak untuk menunjukkan aktivitas belajarnya. Anak akan berusaha mengamati,
mencari, dan menemukan berbagai pengetahuan dan konsep yang penting berkaitan
dengan berbagai bidang perkembangan.
Ada
beberapa cara untuk mempelajari lingkungan sebagai sumber belajar menurut
Sudjana (2010: 209-211) dalam Widyastanti (2014: 3), yaitu : (1) melakukan
survei, (2) kemping atau berkemah, (3) karyawisata atau fieldtrip, (4) praktik
lapangan, dan (5) mengundang manusia sumber atau narasumber ke sekolah, serta
(6) melalui proyek pelayanan dan pengabdian pada masyarakat. Menggunakan
lingkungan sebagai media dan sumber belajar dalam proses pengajaran
Menurut Sudjana (2010: 214-217) dalam Widyastanti
(2014: 3) memerlukan persiapan dan perencanaan yang seksama, yakni : (1)
langkah persiapan yang berisi prosedur
yang harus ditempuh antara lain : (a) guru dan siswa menentukan tujuan belajar,
(b) mentukan objek yang harus dipelajari dan dikunjungi, (c) menentukan cara
belajar siswa pada saat kunjungan dilakukan, (d) guru dan siswa mempersiapkan
perijinan jika diperlukan, serta (e) persiapan teknis yang diperlukan untuk
kegiatan belajar, (2) langkah pelaksanaan melakukan kegiatan belajar ditempat
tujuan sesuai dengan rencana yang telah dipersiapkan, dan (3) tindak lanjut
untuk membahas dan mendiskusikan hasil belajar dari lingkungan.
Menurut
Preliana (2015: 8) Alat Peraga adalah
alat bantu untuk
mendidik atau mengajar supaya
apa yang diajarkan mudah dimengerti anak didik.
Dari pengertian diatas
dapat disimpulkan bahwa alat
peraga yaitu suatu
piranti atau alat
bantu yang digunakan oleh
guru untuk mendidik
dan menyampaikan materi pelajaran
baik berupa benda
atau perilaku sehingga memudahkan siswa untuk memahaminya.
Alat peraga dapat digunakan sebagai media
pembelajaran serta menyalurkan pesan yang
dapat merangsang pikiran,
perasaan, dan kemauan siswa
sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar pada diri siswa.
Menurut Soelarko dalam Preliana (2015: 8) alat peraga
adalah tiap-tiap benda yang dapat
menjelaskan suatu ide,
prinsip, gejala atau hukum
alam. Soelarko juga
menjelaskan bahwa fungsi
alat peraga adalah memvisualisasikan sesuatu
yang tidak dapat dilihat
atau sukar dilihat
hingga nampak jelas
dan dapat menimbulkan pengertian atau
meningkatkan persepsi
seseorang. Kesimpulannya bahwa alat
peraga berbasis lingkungan adalah alat
peraga yang terbuat
dari alat dan
bahan dari barang-barang bekas
atau yang sederhana,
murah, dan mudah didapatkan
di lingkungan sekitar
yang dapat dijadikan peraga
pembelajaran
DAFTAR PUSTAKA
Barus, Ulian dan Suratno. 2015. Pemanfaatan Candi Sebagai Media Pembelajaran Alam Terbuka Dalam Proses
Belajar Mengajar. Medan: Perdana Mitra Handalan
Preliana, Eliska. 2015. Pengembangan
Alat Peraga Sains Fisika Berbasis Lingkungan
untuk Materi Listrik Statis pada Siswa Kelas IX SMP Negeri 3 Pleret.
Vol. 2. No.1
Riyana,
Cepi. 2012. Media Pembelajaran. Jakarta:
Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama RI
Widyastanti, Marttadianna Yenninura.
2014. Pemanfaatan Media
Lingkungan Sekitar Sebagai Media
Pembelajaran Untuk Meningkatkan
Keterampilan Menulis Deskripsi Siswa
Kelas V Sdn Mojokumpul 1 Mojokerto. JPGSD. Vol. 02 No. 03
Tidak ada komentar:
Posting Komentar